Mediaumat.id – Intelektual Muslim Prof. Dr. Ing. H Fahmi Amhar menyatakan bahwa ilmu pengetahuan kalau tidak digunakan untuk taat pada Allah SWT maka tidak ada gunanya.
“Kalau ilmu pengetahuan tidak digunakan untuk taat kepada Allah, bertakwa kepada Allah, itu enggak ada gunanya sama sekali,” ujarnya dalam acara Maulid Leadership Forum (MLF) 1444 H: Kepemimpinan Islami Meraih Islam Kaffah yang diselenggarakan secara daring, Sabtu (8/10/2022).
Prof. Fahmi membeberkan, Islam sejak wahyu pertama sudah menyinergikan amal ilmu pengetahuan itu bersatu dengan keimanan, bahwa ilmu pengetahuan itu digunakan bersama dengan nama Allah seperti dalam Al-Qur’an surah al-Alaq.
Ia mengatakan, Islam telah memberikan arah sebenarnya hidup manusia ini untuk apa. Karena para ilmuwan itu juga manusia, maka para ilmuwan juga harus mengikuti arah ini, yaitu bahwa hidup untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dalam acara yang ditonton lebih dari dua puluh empat ribu viewers itu Prof. Fahmi menegaskan, saat ini ilmu pengetahuan dipakai untuk menjajah, dipakai untuk memanipulasi kekayaan alam sehingga hanya menjadi milik segelintir orang saja.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan atau teknologi ketika tidak dipegang oleh umat Islam, maka cenderung menjajah. Sedangkan umat Islam kalau tidak menguasai teknologi atau tidak memegang kendali pada teknologi, maka akan terjajah. Dan kalau umat Islam memimpin dalam mengembangkan teknologi, maka akan bisa membebaskan dari penjajahan.
Prof. Fahmi menyebut, umat Islam adalah umat terbaik yang menggiring manusia ke jalan yang makruf dan mencegah dari kemungkaran. Oleh sebab itu, menurut Prof. Fahmi, cara yang efektif untuk mewujudkan itu adalah dengan memiliki ilmu pengetahuan. Karena kalau umat Islam tidak memiliki ilmu pengetahuan, maka akan dikalahkan oleh orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
Terakhir Prof. Fahmi membeberkan, Rasulullah SAW itu bukan ilmuwan, bukan profesor, bahkan seorang nabi yang tidak pandai membaca. Tapi Nabi SAW mengatakan, yang terbaik di antara kalian itu adalah yang mengajar, kalau bukan yang mengajar berarti yang belajar, kalau bukan yang belajar, maka orang yang memberi fasilitas untuk belajar, kalau tidak sanggup memberi fasilitas untuk belajar, maka harus mendukung orang belajar dan jangan sampai menjadi orang yang menghalangi orang untuk belajar.
“Rasullah SAW itu meskipun dia sendiri bukan seorang ilmuwan, dia memimpin agar dari umat Islam ini muncul ilmuwan-ilmuwan yang memimpin peradaban dunia,” pungkasnya.[] Agung Sumartono