Prof. Fahmi Amhar: Teknologi hanya Membuat Hidup Semakin Mudah, tapi Agama Membuat Hidup Jadi Terarah dan Berkah
Mediaumat.news – Terkait pendidikan untuk menghadapi revolusi industri 4.0 sekarang ini, Profesor Riset dan Intelektual Muslim Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar menyatakan, teknologi hanya membuat hidup semakin mudah, tapi agama membuat hidup jadi terarah dan berkah.
“Jadi kalau kita melihat profesi yang aman di era 4.0, di sini peran agama itu penting. Kenapa? Karena teknologi hanya membuat hidup semakin mudah, tapi agama membuat hidup jadi terarah dan berkah,” ujarnya dalam acara Focus Group Discussion: Peta Jalan Pendidikan Indonesia, Sabtu (13/3/2021) di kanal YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
Menurutnya, pandemi ini mempercepat revolusi industri 4.0. Kenyataannya banyak pekerjaan atau sekolah yang bisa dilakukan dari rumah. “Jadi teknologi 4.0 yang katanya masih lama itu ternyata sudah dimulai sejak pandemi ini,” bebernya.
Prof. Fahmi memandang, teknologi 4.0 berimbas pada perubahan-perubahan di dunia kerja. Sehingga muncul destruksi akibat teknologi, yaitu hilangnya pekerjaan yang dulu dilakukan oleh manusia misalnya penjaga gerbang tol dan penerjemah, bahkan pekerjaan sopir pun suatu saat akan hilang digantikan oleh mobil-mobil pintar yang bisa mengemudi sendiri.
Tapi, pekerjaan yang kompleks, yang kreatif dan perlu sentuhan manusia tidak akan hilang di era teknologi 4.0 ini. “Misalnya imam masjid. Apakah kita mau imamnya digantikan robot? Meskipun bacaan Al-Qur’annya tidak mungkin salah. Atau apakah kita mau seorang Gubernur atau Bupati digantikan robot meskipun robot pintar? Jadi profesi yang aman di era 4.0 itu adalah yang tidak bisa dibuat algoritmanya,” ungkapnya.
Prof Fahmi menilai, adalah tugas umat Islam untuk menyelamatkan dunia ketika menghadapi destruksi teknologi ini, sebab Allah SWT dalam firmannya menyebut umat Islam adalah umat yang terbaik. Dan fungsi umat terbaik itu harus mampu menyuruh yang makruf, mencegah yang mungkar, dan beriman pada Allah.
“Kalau ndak bisa tiga ini, ia tidak bisa disebut terbaik. Meskipun indeks prestasinya paling tinggi, meskipun teknologinya paling baik,” pungkasnya.[] Agung Sumartono