Mediaumat.news – Rencana pembangunan proyek Bukit Algoritma sebagai pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 serta pengembangan sumber daya manusia yang dielu-elukan sebagai Silicon Valley-nya Indonesia di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat yang juga diperkirakan menelan biaya Rp18 triliun, secara nomaden, dinilai Pakar Riset Sistem Informasi Spasial Prof. Dr. -Ing. Fahmi Amhar, melawan trend dunia 4.0 itu sendiri.
“Upaya bikin proyek semacam itu melawan tren dunia 4.0, yaitu bahwa teknologi digital cenderung dilakukan oleh digital nomaden,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Senin (12/4/2021).
Ia menjelaskan, teknologi digital nomaden yang dimaksud adalah para pekerjanya bekerja di mana pun mereka suka. Bisa di dalam maupun di luar negeri. Bahkan Silicon Valley di USA, menurutnya, cenderung ditinggalkan orang-orangnya.
Sehingga tambahnya, yang terpusat hanya pusat data (data center). Dengan begitu, area seluas satu hektare itu menurutnya untuk menaruh server farm saja. “Yang penting areanya tahan gempa dan tersedia listrik yang cukup,” tambahnya.
Namun di sisi lain, terkait dengan kawasan bebas gempa serta jaminan kestabilan suplai daya listrik, menjadikan dirinya bertanya-tanya. “Saya kok bertakon-takon (bertanya-tanya), di Sukabumi, di mana yang pasti bebas gempa? Dan listrik dengan daya stabil dari mana?” pungkasnya.[] Zainul Krian