Mediaumat.news – Menanggapi isi buku How Democracies Die yang ditulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, Peneliti Senior dan Cendekiawan Muslim Prof. Dr. Ing. Fahmi Amhar menilai demokrasi sudah memiliki penyakit bawaan sejak kelahirannya.
“Demokrasi memang zaman Yunani kuno sudah disadari memiliki penyakit bawaan (built in error),” tuturnya dalam acara [Live] Bedah Buku Online-Best Seller Internasional: How Democracies Die, Sabtu (28/11/2020) di kanal Youtube Jurnalis Muslim.
Menurutnya, demokrasi secara genetis sudah punya penyakit bawaan artinya demokrasi hanya berjalan pada rakyat yang menyadari keterbatasan demokrasi. “Kalau tidak, maka mereka tanpa menyadari akan bunuh diri pelan-pelan dengan demokrasi itu sendiri,” ujarnya.
Ia menilai hukum alam demokrasi berlaku universal, termasuk di Indonesia. “Kalaupun di suatu negeri demokrasi belum tumbang menjadi ditaktorisme, Mereka membunuh dirinya sendiri dengan cara yang lain,” tegasnya.
Menurutnya, meskipun penguasa belum nampak keditaktorannya tapi mereka telah berhasil menciptakan masyarakat yang terdisorientasi. Di Belanda itu ada antrean yang sangat panjang. Ratusan meter. Bukan di depan supermarket tetapi di depan penjualan narkoba yang diizinkan.
“Jadi, karena mau lockdown lama, susah beli ganja. Akhirnya, di Belanda itu sampai antre untuk beli ganja. Segitu banyaknya sampai antrenya ratusan meter. Mereka mengalami disorientasi karena tidak tahu tujuan hidup itu untuk apa,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it