Prof. Fahmi Amhar: Banyak Bahayanya kalau Ibu Kota Pindah

Mediaumat.id – Pakar Riset Sistem Informasi Spasial Prof. Dr. -Ing. Fahmi Amhar mengungkapkan banyak bahayanya apabila ibu kota negara dipindahkan dari Jakarta ke Kalimantan. “Kalau ke IKN yang sekarang, banyak bahayanya,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (5/7/2023).

Prof. Fahmi mengungkap, di sana ada masalah air (air tanah kurang, banjir di sekitarnya), ancaman gempa/sesar, asap bila terjadi kebakaran hutan, ancaman serangan asing karena hinterland yang lemah, juga jarak dari ibu kota lama yang terlalu jauh sehingga transisi akan berat dan ke depannya kurang ekonomis. “Namun yang paling penting karena skema pembangunannya saat ini terlalu sarat dengan utang ribawi atau konsesi ke asing,” ujarnya.

Ia mengatakan, di Kalimantan ada sesar-sesar kecil.  “Ini karena ada tanah yang berada di daerah karst (kapur), jadi bisa gempa tanah runtuh.  Ini tipe gempa ketiga, setelah tektonik atau vulkanik.  Kalau di Jawa itu gempa tektonik dan di sekitar gunung api ada gempa vulkanik,” jelasnya.

Kalau soal motivasi pindah dari Jakarta, kata Prof Fahmi, itu memang banyak. “Bencana yang bisa akut adalah tektonik (ada sesar Baribis yang lewat Jakarta), vulkanik (bila gunung api aktif terdekat seperti Salak atau Pangrango tiba-tiba meletus lagi), lalu penurunan muka tanah sebesar 5-10 cm/tahun, yang membuat sebagian area Jakarta akan semakin sering kebanjiran, terus ledakan penduduk yang membuat Jakarta semakin pengap dan macet,” bebernya.

“Jadi, memang sebagai ibu kota, Jakarta sudah sulit dipertahankan. Pertanyaannya, pindahnya ke mana?” tanyanya.

Beberapa Catatan

Ia sependapat jika Jakarta saat ini masih layak jadi ibu kota dengan beberapa catatan. “Jakarta tetap sebagai ibu kota, namun sebagian fungsi ibu kota dapat dipindahkan ke metaverse (jagad digital) atau didistribusikan ke sejumlah kota lain di Indonesia, sehingga tekanan terhadap Jakarta berkurang, layanan publik sebagai ibu kota negara lebih baik, dan pembangunan di luar Jakarta lebih merata,” sarannya.

Menurutnya, kalau memang harus pindah, sebaiknya secara alami. “Ibu kota pindah sebaiknya secara alami, evolusioner sesuai perkembangan ekonomi, sosiologi dan pertahanan negara,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini: