Mediaumat.news – Di tengah wacana publik tentang radikalisasi Islam, Cendekiawan Muslim Prof. Daniel Mohammad Rosyid mengingatkan bahaya kaum sekuler kiri yang semakin radikal.
“Di tengah wacana publik tentang radikalisme Islam, patut dicermati radikalisasi kaum sekuler kiri ini dengan menunggangi agenda war on Islam Sayap Barat dan OBOR Cina,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Senin (12/4/2021).
Menurutnya, selama 5 tahun terakhir ini kaum sekuler kiri di Indonesia mengalami radikalisasi. “Mereka semakin intoleran dengan kelompok Islam di negeri ini justru dengan menuduhnya sebagai intoleran, anti-NKRI bahkan anti-Pancasila,” ujarnya.
Ia mengatakan, kelompok sekuler kiri ini juga menyebut Islam sebagai agama impor dari Arab, memecah belah bangsa dan tukang bikin ribut. “Di samping didorong oleh syahwat politik, perut dan di bawah perut, radikalisasi ini memanfaatkan dua agenda internasional yang membentuk lingkungan geopolitik regional paling tidak 10 tahun terakhir ini,” ungkapnya.
Pertama, ia memastikan bahwa kebangkitan kelompok sekuler kiri ini memanfaatkan agenda Bush war on terror yang dalam praktek berarti war on Islam yang masih diteruskan oleh Trump.
“Hanya para naifun penganut dunguisme yang percaya bahwa ISIS, al-Qaeda dan gerakan jihadis itu bukan operasi intelijen kaum sekuler kanan radikal yang berkuasa di Sayap Barat terutama sejak Obama berkuasa,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkap wacana Huntingtonian benturan peradaban menjadi menu yang dilahap habis dengan sangat rakus oleh penghuni Sayap Barat ini. “Ini diamini dengan suara keras penuh kekhusyukan oleh kaum nasionalis sekuler kiri di negeri ini,” tegasnya.
Kedua, saat Trump terobsesi dengan agenda nasionalistiknya, ia melihat terjadi kekosongan kepemimpinan internasional. “Ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Cina yang sejak Xi Jinping berkuasa semakin menampilkan ambisi politik globalnya. Instrumen ambisi Cina ini adalah proyek One Belt One Road,” jelasnya.
Menurutnya, Cina tidak lagi puas menjadi manufacturer of the world tapi kini ingin juga sekaligus menjadi transporter of the world. “Cina tahu bahwa keuntungan menjadi pabrik dunia tidak terlalu banyak jika sektor transportasi global masih dikuasai Sayap Barat beserta para sekutunya. Kebangkitan Cina ini dimanfaatkan secara cerdik oleh kaum sekuler kiri di negeri ini yang telah menunggu waktu yang tepat secara lebih terorganisir sejak reformasi,” bebernya.
Ia menyayangkan proyek sekulerisasi sekaligus pendunguan massal melalui persekolahan massal paksa sejak Orde Baru telah menyebabkan masyarakat negeri ini buta sejarah sekaligus tumpul daya kritisnya. “Akibatnya, masyarakat menjadi makanan empuk ocehan dusta para influencer bayaran melalui medsos. Bad influencer paling bersemangat justru diperankan oleh elite ormas Islam terbesar di negeri ini,” ujarnya.
Ia melihat kini banyak pejabat publik dengan berani mengatakan bahwa kehidupan politik harus dibersihkan dari agama. “Bahkan agama dijadikan musuh terbesar Pancasila. Pernyataan itu hanya bisa diucapkan oleh kaum sekuler kiri radikal,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it