Prof. Daniel M. Rosyid: Desain Pilpres Sangat Buruk dan Rusak Akhlak

Mediaumat.info – Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November Prof. Daniel M. Rosyid menyatakan desain pilpres ala UUD 2002 (Amandemen UUD 1945 Tahun 2002) sangat buruk, rusak dan merusak akhlak elite dan rakyat pemilih.

“Desain pilpres ala UUD 2002 yang sangat buruk. Rusak dan merusak akhlak elite dan rakyat pemilih. Duit menjadi oksigen jagad politik. Ini bukan cara bijak kita memilih pemimpin-pempin kita. Rawan salah pilih, salah hitung. Serba salah. Rawan kecurangan” ujarnya dalam rilis yang diterima media-umat.info, Sabtu (2/3/2024).

Prof. Daniel menduga, kebanyakan pemilih dari Aceh sampai Papua akan asal pilih di TPS dan yang menggerakkan pemilih tersebut adalah amplop, BLT dan bansos. Inilah yang membantu menentukan pilihan mereka.

“Sebab jika tidak ada itu, mereka lebih suka diam di rumah atau bekerja karena merasa satu suara mereka tidak terlalu berarti, sehingga golput menjadi godaan besar bagi banyak pemilih,” jelasnya.

Menurut Prof. Daniel, sebagai pemilih yang relatif terdidik, ia merasa tidak terlalu kenal dengan ketiga paslon presiden dan wapres tersebut.

Ia melihat, kemunculan para paslon itu misterius dan tampak tiba-tiba atau ganjil.

“Saya hanya kenal berdasar info medsos, Google dan sebagainya serta timses mereka. Saya tidak pernah ngobrol dengan ketiga paslon tersebut. Info-info itu hampir semuanya tidak pernah saya validasi. Saya juga tidak punya cukup waktu untuk melakukan pengumpulan informasi karena banyak kegiatan lain yang perlu saya lakukan,” ucap Prof. Daniel.

Guru besar itu juga menilai, kadang-kadang sebagian masyarakat merasa sok kenal dengan tiga paslon tersebut bahkan sudi mendukung mati-matian.

Sebab, kata Prof. Daniel, meskipun punya data-data keenam orang itu, ia tetap kesulitan memilihnya. Sebab memilih presiden itu berbeda dengan memilih sepatu, ponsel, rumah atau mobil.

Ia menganggap, proses memilih merupakan sebuah prosedur yang kompleks karena menentukan sejumlah kriteria di antaranya mengukur kinerja, membandingkan secara pairwisely, menghitung skor dan menyusun peringkat.  Kemudian baru bisa memilihnya secara rasional.

“Memilih satu di antara dua mobil saja tidak mudah, apalagi memilih satu di antara tiga paslon presiden dan wapres. Sangat kompleks. Sama sekali tidak sederhana,” bebernya.

Terakhir Prof. Daniel menegaskan, dalam kerangka UUD 2002, pilpres ini sebenarnya bukan urusan rakyat sebagai jongos politik untuk memberi legitimasi atas kursi kekuasaan pada para elit politik. Tapi ini adalah urusan koalisi parpol pengusung paslon yang diberi monopoli politik secara radikal oleh UUD 2002.

“Bukan pertempuran kita yang sebenarnya. Ini adu domba antar warga bangsa yang disiapkan oleh musuh-musuh nekolimik kita agar kita terpecah belah lalu bangsa ini bisa diresmikan kekalahannya,” pungkasnya. [] Agung Sumartono

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: