Mediaumat.news – Pidato Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada 27 Juli 2021 lalu yang menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dan menyarankan Indonesia untuk pindah ibu kota dinilai ada kepentingan Kapitalisme Global dibalik itu.
“Pidato Joe Biden ini harus dilihat lebih luas dan dalam, ada kepentingan Kapitalisme Global dibalik pidato ini, ” ujar Direktur Indonesian Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana kepada mediaumat.news, Jumat (6/8/2021).
Agung menyebut, pidato Joe Biden ini cukup mengagetkan, sebab pidato dari kepala negara adidaya AS yang menyinggung tentang ancaman tenggelamnya Jakarta tentu tak bisa dianggap main-main.
“Tetapi tentu kita harus melihatnya lebih dalam, agar kita lebih komprehensif melihatnya dan mampu menyelesaikan masalah negeri ini dengan baik,” ucapnya.
Menurut Direktur Indonesian Justice Monitor ini, pidato Joe Bidden ini dapat dibaca sekaligus dikritisi dari dua aspek. Pertama, aspek perubahan iklim dan tata kelola Jakarta.
Agung mengatakan, dalam konteks ini peluang Jakarta tenggelam memang ada kaitannya dengan tren kenaikan permukaan air laut di Jakarta, dan bersamaan dengan itu terjadinya penurunan muka tanah di Jakarta.
Agung membeberkan, tren kenaikan permukaan air laut sebenarnya adalah tren global terkait perubahan iklim. Perubahan iklim dipicu oleh efek rumah kaca karena semakin meningkatnya emisi karbon. Hal ini muncul karena pembukaan lahan hutan yang tak terkendali dan industrialisasi dengan energi tak ramah yang gila-gilaan terjadi sejak revolusi industri.
“Dan ini adalah dampak penerapan kapitalisme yang clear merusak alam. Hal ini juga berlangsung di Indonesia sudah sejak lama,” tegasnya.
Sedangkan penurunan muka tanah di Jakarta, kata Agung karena penyedotan air tanah yang tak terkendali. Hal ini terjadi karena beban ibu kota dengan semakin meningkatnya pembangunan di Jakarta yang melebihi daya dukung lingkungannya. Ditambah pembangunan di hulu Jakarta yang juga merusak lingkungan sehingga banyak daerah aliran sungai (DAS) yang rusak parah.
“Hal ini juga hasil dari tata kelola yang kapitalistik,” ungkapnya.
Kedua, pidato Joe Biden ini tidak bisa dilepaskan dari konteks politik. Hal ini dikarenakan kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia di dalamnya, mendapat perhatian penting oleh AS semenjak naiknya pengaruh ekonomi Cina di kawasan tersebut.
Agung menyebut, pidato ini juga bertepatan dengan berlangsungnya latihan militer bersama antara US Army dengan TNI AD RI di lokasi strategis yang bersekatan dengan choke point Indonesia. Ditambah bertepatan dengan rencana kunjungan Wapres AS Kamala Haris di beberapa negara di Asia Pasifik.
“Artinya pidato Joe Bidden ini tak bisa dilepaskan dari target penting AS di kawasan Asia Pasifik untuk menghambat pengaruh Ciina di kawasan tersebut,” ungkap Agung.
Apalagi dalam penggalan pidato tersebut kata Agung, muncul saran yang keras Indonesia harus memindahkan ibu kota dari Jakarta. Seperti diketahui bersama, bahwa rencana pindah Ibu Kota dari Jakarta ke Penajam Kalimantan Timur menimbulkan polemik yang ramai di negeri ini. Apalagi dibangun dengan utang luar negeri, dan posisi Cina cukup santer terkait hal ini. Sekarang ditambah AS yang diduga kuat akan ikut bermain dalam hal ini.
Menurut Agung, AS sebagai negara kapitalis barat dab Cina sebagai negara kapitalis timur tentu sangat berkepentingan terhadap Indonesia dan pindahnya Ibu Kota.Sebagai negara kapitalis, AS dan Cina pastinya menjalankan agenda penjajahan, bukan agenda kesejahteraan.
Terakhir Agung mengingatkan, selama Indonesia terus menggunakan kaca mata kapitalisme dan dipimpin oleh rezim penakut, maka Indonesia hanya jadi obyek jajahan AS maupun Cina.
“Bertepatan dengan Agustus, patut kita semua bertanya, apakah Indonesia benar-benar sudah merdeka,” pungkasnya[] Agung Sumartono