Prancis Danai ISIS, Pengamat: Sudah Jadi Rahasia Umum

 Prancis Danai ISIS, Pengamat: Sudah Jadi Rahasia Umum

Mediaumat.news – Menanggapi perusahaan raksasa semen asal Prancis Lafarge yang kedapatan mendanai pergerakan kelompok ISIS di Suriah dan pemerintahan Macron yang berada di sekitar korporat raksasa semen itu, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana menyebut hal itu sudah menjadi rahasia umum.

“Sudah menjadi rahasia umum, negara-negara Barat bermain di dua sisi, mereka memainkan standar ganda dalam bersikap, salah satunya terkait dengan ISIS,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Rabu (22/9/2021).

Barat termasuk Prancis kerap berdiri di dua sisi karena perpaduan dari sikap islamofobia dan hipokrit. Budi memandang, islamofobia Prancis terhadap dunia Islam lahir dari akar ideologi mereka, yaitu sekularisme. Sejarah panjang hubungan Islam dan Barat (Prancis) telah melahirkan perspektif yang khas terkait relasi Islam dan Barat (Prancis). Namun di sisi lain, pragmatisme politik Barat, yang seringkali menghalalkan segala cara, menunjukkan hipokritnya mereka dalam realitas politik yang ada.

Menurut Budi, salah satunya terungkap dari bagaimana Prancis mengambil keuntungan atas situasi yang terjadi di Suriah. Prancis menjalin relasi dengan ISIS, memanfaatkan keberadaan perusahaan semen yang beroperasi di sana untuk mendapatkan keuntungan finansial dan informasi politik. “Suatu hal yang tidak mengejutkan semestinya,” ucap Budi.

Budi membeberkan, selain Prancis banyak laporan yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat pun berada di balik kemunculan ISIS. Namun sebagai sebuah permainan politik, maka tentunya keberadaan negara-negara tersebut tidak kentara sebagaimana relasi resmi dengan negara-negara pada umumnya.

Budi menilai, setidaknya ada dua kepentingan negara-negara Barat terkait dengan ISIS. Pertama, dalam setiap konflik diprediksi akan melahirkan pergantian elite. Oleh karena itu penting untuk bisa mendapatkan keuntungan dari siapa pun yang berkuasa kemudian. Dan kemunculan ISIS, dengan segala kontroversinya, bisa melahirkan rezim baru di Suriah, walau kenyataannya ISIS kemudian kalah dan meredup.

“Di sinilah negara-negara Barat bermain di dua sisi, mendukung rezim Bashar Assad, dan menyokong siapa pun yang berpeluang menggantikannya,” ungkap Budi.

Kedua, ISIS digunakan untuk memberikan citra buruk tentang penerapan khilafah Islam dengan penerapan Islam secara serampangan. “Hal ini menjadikan Barat memiliki keuntungan untuk menunjukkan ‘kebaikan’ nilai-nilai Barat dibandingkan Islam yang dicitrakan buruk oleh ISIS,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

 

 

 

 

 

 

 

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *