Mediaumat.info – Pernyataan Presiden Prabowo Subianto, saat pidato pada acara pembukaan tanwir dan resepsi milad ke -112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah, Kupang NTT yang mengagumi kehebatan Imperium Ottoman (sebutan bangsa Eropa untuk Khilafah Utsmani), dinilai Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky sebagai pernyataan yang spektakuler.
“Saya pikir ini pernyataan yang spektakuler, yang mungkin jarang sekali kita dengar,” ujarnya dalam Bincang Bersama Sahabat Wahyu: Presiden Prabowo Mengagumi Khilafah Utsmani, Bagaimana dengan Kita? di kanal YouTube Bincang Bersama Sahabat Wahyu, Jumat (13/12/2024).
Menurutnya, mungkin baru kali ini ada presiden bisa berpidato seperti itu dan secara fair, secara jujur, mengakui adanya kekagumannya atas suatu sistem pemerintahan.
“Suatu imperium kalau dia bilang yang bisa bertahan lebih dari 600 tahun yang sangat kuat, sangat hebat, menjadi negara adikuasa kala itu, yaa mungkin…kalau sekarang semirip Amerika dan bisa bertahan,” ujarnya mengutip pernyataan Prabowo.
Bukan Membawahi Satu Agama
Ia mengungkapkan, satu kekaguman Prabowo itu, bahwa Khilafah Utsmani itu bukan membawahi satu agama saja.
“Dia sangat toleran, kalau kata Pak Prabowo, sangat toleran dan membawahi, melindungi berbagai elemen masyarakat, entitas masyarakat, baik Muslim maupun non-Muslim. Baik suku bangsa apa pun, termasuk berbagai etnis itu bisa dilindungi dengan baik dan adil dan bukan hanya satu tahun dua tahun, tapi ratusan tahun,” kutipnya.
Ia menilai, itu yang menjadi kekaguman (Prabowo), dan diungkapkan bagaimana memang tidak mudah membangun negara seperti itu (Khilafah Utsmani).
Menurutnya, siapa pun bisa mengagumi (Khilafah Utsmani), sepanjang dia memiliki akal sehat dan hati yang bersih.
“Jadi, bukan hanya Pak Prabowo, saya pun kagum dengan Turki Utsmani. Saya beberapa kali ke Turki, bisa merasakan bagaimana kehebatan dulu, termasuk saya berziarah dua kali ke makam Osman Ghazi, itu pendiri Turki Utsmani,” terangnya.
Kabilah Nomaden
Ia menjelaskan kehebatan Khilafah Utsmani, yang awalnya dibentuk dari sebuah kabilah yang hidup nomaden berpindah-pindah dengan tenda, tetapi bisa membangun kesultanan yang hebat, yang akhirnya menjadi kekhilafan yang baru berakhir 1924.
“Jadi, memang dari kabilah yang tidak dipandang, tetapi bisa menjadi kekhilafahan yang menjadi negara adidaya kalau bahasa Pak Prabowo itu, menjadi negara adikuasa kala itu,” kagumnya.
Menurutnya, kekaguman Prabowo itu harus diapresiasi. “Artinya, Pak Prabowo bisa melihat dengan jernih dan objektif, mana yang mungkin bisa diambil, kita ambil. Dan mana yang bisa dicontoh, kita contoh,” ujarnya.
Tidak Fobia
Wahyudi juga berpesan terkait dengan kekaguman Prabowo terhadap kehebatan Khilafah Utsmani agar tidak fobia terhadap sistem khilafah.
“Dan pastinya, yang paling utama…tidak fobia terhadap sistem Khilafah Utsmaniyyah. Dan saya pikir itu bagian dari sistem pemerintahan Islam yang kebetulan ada di Utsmaniyyah. Ada di masa Abbasiyah ada juga di masa Khulafaur Rasyidin,” terangnya.
Ia menyampaikan, bahwa Khilafah Utsmani adalah khilafah yang terakhir.
“Nah ini… khilafah yang terakhir kan, Utsmaniyyah. Dan itu Pak Prabowo kagum dengan khilafah yang terakhir itu, karena bisa bertahan lebih dari 600 tahun. Saya pikir, itu menjadi catatan kita bersama,” pungkasnya.[] ‘Aziimatul Azka
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat