Politisi Rakus dan Egois Lebih Buruk Daripada Pandemi Itu Sendiri
Para politisi dan mantan pemimpin Jihadis Afghanistan melanjutkan upaya mereka untuk menyelesaikan krisis politik yang mengemuka setelah pemilihan presiden tahun lalu antara Presiden Ashraf Ghani dan lawannya, yaitu Presiden yang mendeklarasikan sendiri, DR. Abdullah Abdullah. Mantan Presiden Hamid Karzai, mantan pemimpin Jihadis Karim Khalili, Muhammad Muhaqiq, Sayed Ishaq Gilani, Sayed Hamid Gelani, Haji Din Muhammad, Zarar Moqbil, dan Rahmatullah Nabil bertemu di kediaman Gulbudin Hikmatyar untuk membahas solusi politik terkait krisis pasca pemilu (afghanistantimes.af, 26/3/2020).
Penduduk kota-kota utama Afghanistan tetap prihatin dengan keadaan terkait kelangsungan hidup mereka, mengingat betapa gentingnya situasi keuangan mereka yang tengah diselimuti pandemi Covid-19, dan kurangnya respons yang tepat dari pemerintah terhadap situasi tersebut. Namun, para politisi Afghanistan dan kepemimpinan pemerintah justru mereka lebih fokus pada perebutan kekuasaan mereka sendiri, yang membuat rakyat Afghanistan berada di bawah bayang-bayang pandemi dan kelaparan yang semakin meningkat.
Mengingat upaya luar biasa yang dilakukan oleh para pemimpin politik Afghanistan, yang mempertahankan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, untuk tetap di posisinya dan tidak mau mengakui kompromi apa pun guna mengurangi gentingnya situasi, dan memberikan perhatian pada krisis Covid-19. Samahalnya dengan Presiden Kedua yang memproklamirkan sendiri, Abdullah Abdullah, yang juga tidak siap untuk memberikan pengorbanan apapun demi penduduk Afghanistan, dalam menghadapi situasi saat ini yang mayoritasnya hidup di bawah garis kemiskinan.
Di samping itu, Presiden Afghanistan sibuk membangun aliansi dan memperkenalkan kebijakan baru untuk lebih memperkuat posisi politiknya. Salah satu kebijakan ini adalah mengambil alih semua masalah keuangan yang berada di bawah kendali langsungnya, dan menghindari tanggung jawab kepada entitas lain, termasuk Parlemen.
Sejauh ini, tidak ada rencana segera terkait tindakan tepat apapun terhadap krisis yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19, selain mempertahankan karantina gaya barat, namun tanpa menyediakan makanan atau paket keuangan apa pun untuk orang-orang yang membutuhkan. Kenyataannya, adalah kurangnya respons mereka sejak awal untuk mengkarantina setiap pengungsi Afghanistan, terutama mereka yang datang dari Iran. Semua itu disebabkan kurangnya perhatian mereka terhadap pencegahan pandemi, dan mereka lebih disibukkan dengan upaya-upaya politik yang mengedepankan kepentingan mereka sendiri.
Selain itu, setiap pengumuman yang dibuat oleh istana presiden untuk mengendalikan situasi hanyalah rambo-rambo menuju fatamorgana, karena tidak ada sumber keuangan yang tersisa untuk memberikan bantuan kepada publik, setelah semua sumber keuangan ini dihabiskan dengan prosedur yang salah pada tahun lalu untuk pemilihan umum, atau skandal mega korupsi yang dilakukan oleh timnya yang berkewarganegaraan ganda.
Yang lebih mengejutkan adalah kenyataan bahwa tidak ada satupun dari pemimpin politik yang mempertimbangkan untuk mengangkat masalah ini karena mereka hanya fokus pada bagaimana mempertahankan pengaruh mereka sendiri terhadap yang lain. Mereka benar-benar telah melupakan janjinya pada Allah shubhānahu wa ta’āla, dan saat ini mereka juga melupakan janjinya kepada rakyat, akibatnya, tidak ada upaya tulus dari pihak mereka untuk memanggil pemerintah tentang kurangnya perhatian mereka dalam pencegahan bencana yang akan datang.
Bahkan Kamar Dagang Afghanistan juga merestui kejahatan ini, karena mereka memberikan harapan palsu kepada rakyat, atas paket keuangan yang tidak ada. Selain itu, tidak ada rencana untuk bagaimana membantu mereka yang membutuhkan segera, sementara bagian besar dari populasi perkotaan yang dikarantina adalah pekerja harian, pedagang kaki lima, dan mereka yang hanya bisa tidur dengan perut kenyang jika mereka mampu bekerja di hari itu. Juga, tidak ada rencana bagi mereka yang mampu tentang cara membeli makanan begitu pasar ditutup. Oleh karena itu, negara ini dalam resesi total, dan ia merupakan resep yang baik untuk krisis sosial. Sungguh, hanya masalah waktu saja, sebelum rasa lapar mereka berubah menjadi kemarahan yang menyala-nyala hingga di luar kendali.
Satu-satunya situasi yang mungkin terjadi karena sikap yang tidak bertanggung jawab dari para politisi Afghanistan adalah keributan, kerusuhan dan kekacauan yang akan menelan seluruh negara ke dalam kobaran api. Namun, terlepas dari banyak klaim yang dibuat oleh para ekonom dan administrator publik lulusan luar negeri, sementara mereka tidak memiliki petunjuk tentang cara menangani situasi yang ada. Satu-satunya fokus mereka adalah mempertahankan pembagian kekuatan mereka sendiri, juga mengikuti kaum kafir di setiap langkahnya, tidak peduli sama sekali terhadap bahaya dari setiap langkahnya ini.
Sebagai penutup, bahwa keegoisan dan ketidaktulusan para politisi Afghanistan akan mendorong masyarakat Afghanistan menuju kekacauan total, sedang kebijakan palsu mereka untuk menangani pandemi ini akan menghasilkan lebih banyak bahaya daripada manfaat apapun kepada rakyat. Sungguh hal ini akan menyebabkan resesi yang dipicu oleh diri mereka sendiri hingga membuat banyak orang kelaparan, yang mungkin segera berubah menjadi lava kemarahan yang membawa seluruh negara ke dalam situasi kacau.
Seandainya mereka berpikir tentang solusi Islam untuk masalah ini, tentu situasinya tidak akan separah seperti sekarang ini. Semua ini akibat dari kurangnya komitmen mereka bahwa mereka bertanggung jawab di hadapan Allah shubhānahu wa ta’āla, dan mereka hanya memperhatikan apa yang sesuai dengan kepentingan pribadi mereka. Memang, mereka ini lebih berbahaya bagi masyarakat daripada yang ditimbulkan oleh pandemi. Untuk itu, penting sekali memahami—lebih dari sebelumnya—akan perlunya kita pada kepemimpinan politik Islam yang tulus dan setia, yang hanya mungkin diwujudkan melalui tegaknya Khilafah ‘ala minhājin nubuwah! [Saifullah Mustanir]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 9/4/2020.