Isu pengelolaan Bandara Kabul bukanlah persoalan keuntungan ekonomi yang diperebutkan beberapa negara untuk meraih keuntungan dan manfaat bagi mereka.
Awalnya Amerika mencoba mempertahankan beberapa pasukannya di bandara setelah penarikan, tetapi tidak bisa.
Kemudian Turki menampilkan dirinya sebagai anggota NATO untuk mengelola bandara. Bahkan Turki telah mengadakan dialog dengan Amerika dan tujuh negara tentang hal itu, seolah-olah bandara adalah milik pribadi negara-negara tersebut. Akan tetapi Taliban menolak dan bersikeras penarikan Turki, Amerika, dan negara-negara pendudukan lainnya.
Adapun alasan mengapa Amerika bersikeras untuk mengawasi Bandara Kabul secara langsung, atau melalui sekutunya, adalah karena Bandara Kabul hampir merupakan satu-satunya jalan keluar praktis Afghanistan ke dunia, sebab tidak adanya pelabuhan laut, sementara pelabuhan darat yang ada buruk dan kasar.
Sebab dengan mengawasi bandara, maka Amerika akan dapat mengawasi semua “apa dan siapa” yang akan memasuki Afghanistan dari negara-negara yang bersahabat, bersaing, atau bermusuhan.
Eksploitasi oleh beberapa negara terhadap kebutuhan Taliban, dan mereka yang membantunya secara teknis dalam mengelola bandara, dengan membuat persyaratan politik, seperti komposisi pemerintahan, hak asasi manusia, perempuan, atau penerimaan masyarakat internasional, adalah tindakan yang terang-terangan dan kotor dalam campur tangan urusan internal Afghanistan. Semua itu merupakan implementasi dari tuntutan dan perintah Barat yang memusuhi Afghanistan dan rakyatnya. [Ismail Al Wahwah]