Polemik ‘Bendera HTI’ di Meja KPK, UIY: Ini Jelas Propaganda Busuk

 Polemik ‘Bendera HTI’ di Meja KPK, UIY: Ini Jelas Propaganda Busuk

Mediaumat.news – Adanya polemik ‘bendera HTI’ di meja pegawai KPK, dinilai Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) sebagai propaganda busuk.

“Ini semua jelas merupakan propaganda busuk dari kelompok berpikiran dan berhati busuk untuk menyudutkan orang-orang yang sesungguhnya sangat berdedikasi di negeri ini, khususnya dalam pemberantasan korupsi, sebagai telah terpapar radikalisasi,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Senin (4/10/2021).

Menurutnya, propaganda busuk semacam inilah yang telah merusak negeri ini. “Propaganda ini yang telah membuat sekian banyak pegawai yang telah terbukti sangat berdedikasi dalam pemberatasan korupsi, disingkirkan dari posisinya selama ini,” ujarnya.

UIY menilai, polemik itu sungguh aneh. Sebab, menurutnya, sejak awal sudah ditegaskan, HTI tidak punya bendera. “Bendera yang sering disebut-sebut sebagai bendera HTI, sudah juga berulang ditegaskan, dan diiyakan juga oleh ahli dari Kemenag, adalah al-liwa (putih bertuliskan hitam) dan ar-rayah (hitam bertuliskan putih). Keduanya adalah panji-panji Rasulullah, bendera milik kaum Muslim sedunia,” jelasnya.

“Bendera itu pula yang dikibarkan oleh Taliban di berbagai tempat, termasuk di istana negara di Afghanistan. Tidak masuk akal toh, jika itu bendera HTI, masak Taliban mengibarkan bendera HTI di sana?” lanjutnya.

Menurutnya, HTI memang selama ini selalu membawa dan mengibarkan bendera itu sebagai jalan untuk mengenalkan atau menyosialisasikan bendera itu, agar umat mengenalnya, “Bendera itu juga sebagai simbol bahwa perjuangan HTI memang betul-betul untuk meninggikan kalimat Allah, kalimat tauhid seperti yang tertulis dalam bendera itu, bukan untuk yang lainnya,” tegasnya.

Tapi, kata UIY, kaum pembenci Islam telah mem-framing secara jahat, dan menstigmastisasi seolah itu adalah simbol radikalisme yang harus dilawan. “Padahal yang harus dilawan di negeri ini mestinya adalan korupsi yang makin menjadi-jadi, sekularisasi, separatisasi, kriminalisasi dan lainnya,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

 

 

 

 

 

 

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *