Mediaumat.id – Pemberitaan majalah di lingkungan Kemen BUMN/Kemen ESDM yang mengekspos secara besar-besaran bahwa saat ini para pengendara kendaraan listrik tidak perlu khawatir kehabisan cadangan listrik di jalan, bila berkendaraan dari Banda Aceh sampai Surabaya karena di 38 kota yang dilalui sudah disiapkan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), dinilai Koordinator Indonesian Valuation for Energy and Infrastuctur (Invest) Ahmad Daryoko sebagai berita menyesatkan.
“Berita di atas sangat ‘menyesatkan’. Mana ada PLN memiliki SPKLU tersebut? Yang benar SPKLU itu milik kroni-kroni oligarki peng-peng (penguasa-pengusaha) semacam JK, Dahlan Iskan, Luhut BP dan Erick Thohir,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Jumat (25/2/2022).
Menurutnya, orang yang paling getol terkait mobil listrik adalah Dahlan Iskan. “Dan ini logis karena penjual retail PLN mulai 2010 itu memang Dahlan Iskan, saat yang bersangkutan menjadi Dirut PLN dan makin menjadi-jadi saat yang bersangkutan menjadi Menteri BUMN,” ungkapnya.
Sekarang begini, kata Daryoko, kalau jaringan retail saja sudah bukan milik PLN, masak tiba-tiba PLN bisnis SPKLU? Dan di setiap SPKLU dalam foto-fotonya tidak ketinggalan dipasang logo PLN? “Ini pembohongan kepada rakyat secara bar-bar,” tegasnya.
“Sekali lagi kalau retail eks PLN misalnya sudah dimiliki perusahaan Dahlan Iskan, pemilik SPKLU pasti grup dia atau kroninya (yang bergambar logo PLN)! Dan bagi Dahlan, JK, Luhut BP dan Erick bukan hal sulit untuk lakukan jurus katebelece ini, karena mereka ini mantan petinggi kementerian bahkan wapres yang membawahi PLN!” bebernya.
Perlu diketahui, lanjut Daryoko, karena jurus oligarki peng-peng di atas yang menjual aset PLN ke aseng/asing dan taipan 9 naga, saat ini PLN sudah miskin dan hanya menjadi event organizer (EO) kelistrikan saja!
“Dan semua ini baru terbongkar saat negara nanti sudah tidak memiliki lagi dana untuk subsidi listrik. Yaitu ketika Cina lepas tangan, dalam hal ini, dan berbalik menagih utang ke Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, saat itu kelistrikan akan sepenuhnya di bawah kartel liswas (listrik swasta). Dan EO-nya bukan PLN lagi tetapi didatangkan dari Shanghai/Guangzou/Harbin atau sejenisnya. Dan konsumen akan berhadapan langsung dengan para taoke itu!
“Kalau sudah seperti itu jangan tanyakan lagi PLN ke mana? Seperti rakyat Filipina yang menanyakan Napocor ke mana? Padahal rakyat Filipina yang awalnya minta Napocor dijual/dibubarkan,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it