Mediaumat.id – Untuk mencapai jalan keluar yang komprehensif dari sistem politik demokrasi berbiaya tinggi yang disinyalir menjadi penyebab tingginya pula praktik korupsi di suatu negeri, Fajar Kurniawan menawarkan Islam sebagai solusi pengganti.
“Yang paling rasional dan yang paling mungkin untuk menggantikan itu adalah sistem politik Islam,” ujar Analis senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) tersebut dalam Kabar Petang: Biaya Politik Demokrasi Melonjak, Korupsi Merebak? di kanal YouTube Khilafah News, Senin (1/8/2022).
Sebagaimana dilansir dari sindonews.com, Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyebutkan tingginya korupsi tidak selalu disebabkan mental korup, tetapi juga faktor biaya politik yang tinggi. “Tingginya korupsi juga dipicu tingginya biaya politik,” kata dia, di sela kunjungan kerjanya ke Surabaya, Sabtu (2/7/2022).
Lebih lanjut, La Nyalla juga mengatakan biaya politik yang mahal juga tidak rasional dan tidak sebanding dengan penghasilan yang bakal didapat. Selain potensi sikap yang korup, potensi kinerja pun rendah dan cenderung tidak memikirkan masyarakat pemilih.
Maka itu lanjut Fajar, amat penting umat berpikir out the box dengan tidak mengembalikan solusi hanya bertumpu pada sistem politik hari ini.
“Hanya dengan kita beralih pada sistem yang baru, menginstal sistem yang baru itu maka, termasuk sumber daya manusianya, maka kita akan bisa punya harapan kita bisa memutus politik kartel dan sekaligus memutus lingkaran setan korupsi,” urainya, berkenaan dengan sistem Islam dimaksud.
Pasalnya, kata Fajar, sistem politik Islam meletakkan kontrol setidaknya dalam tiga tingkatan. Pertama, hanya orang-orang yang atau individu-individu yang punya kesalehan secara pribadi dan yang akan diberikan amanah untuk mengelola urusan-urusan masyarakat. Kedua, kontrol dari masyarakat. Ketiga, kontrol dari negara.
Tak hanya itu, hanya politik Islam yang meletakkan politik sebagai sebuah pelayanan terhadap publik.
“Orientasinya adalah pelayanan bukan semata-mata kekuasaan, tetapi betul-betul adalah orientasi bagaimana men-deliver pelayanan yang terbaik untuk bangsa dan negara, untuk masyarakat, untuk umat dan sebagainya,” paparnya.
Dengan kata lain, bukan fokus pada melanggengkan kekuasaan saja, seperti halnya sistem yang ada saat ini. “Kalau tidak seperti itu maka saya pesimis kita akan mampu memutus politik kartel maupun memutus lingkaran setan korupsi itu,” ujarnya.
Bukan tanpa sebab, sistem yang sekarang diberlakukan, menurutnya, hanyalah buatan manusia berikut limitasi-limitasi yang memang tidak bisa mengatasi persoalan-persoalan.
Sementara, kata Fajar lagi, sistem Islam adalah sistem politik yang benar-benar datangnya dari Zat yang Mahaadil, yaitu Allah SWT.
“Saya pribadi punya keyakinan bahwa hanya sistem politik itu yang kompetibel, yang akan mampu menyelesaikan karut marut atau sengkarut permasalahan-permasalahan korupsi dan permasalahan-permasalahan yang lain di dalam dunia politik,” pungkasnya.[] Zainul Krian