PKAD: Dunia Terhegemoni dengan Peradaban Materialisme

Mediaumat.id – Ludesnya tiket konser Coldplay, meski baru akan dilaksanakan bulan November mendatang, merupakan indikasi dunia saat ini terhegemoni dengan peradaban materialisme.

“Dunia sekarang ini, seperti terhegemoni dengan peradaban materialisme. Sehingga, semua yang mendatangkan materi atau profit, bisa cepat sekali menyebar,” tutur Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan dalam Perspektif PKAD: Gempar Konser Coldplay, Bagaimana Fakta Regulasi LGBTQI+? di kanal YouTube Pusat Kajian Analisis Data, Senin (22/5/2023).

Menurutnya, berbicara tentang food (makanan) sama halnya dengan bicara fashion (busana) dan fun (hiburan), serta barang-barang luxury (kemewahan) lainnya. Kesemuanya itu sama-sama berada pada materialisme yang sangat cepat menyebar ke negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, dan dikemas sebagai sebuah industri.

“Jadi, ada industrialisasi musik dan hiburan. Hal itu yang menyebabkan penetrasi industri musik dan hiburan sedemikian cepat berkembang di negara-negara di luar negara-negara barat, termasuknya adalah Indonesia,” tandasnya.

Fajar menambahkan, peradaban materialisme menyebabkan masyarakat semakin materialistik. Demi mengejar kesenangan pribadi, mereka bisa mengorbankan apa saja, dan tidak memedulikan orang lain.

Ia menggambarkan, di saat sebagian masyarakat rela membeli tiket konser Coldplay dengan harga jutaan sampai belasan juta, masih banyak masyarakat yang tidak mampu bertahan hidup karena penghasilannya pas-pasan.

“Cukup miris bahwa untuk membeli tiket konser, ada yang sampai jual-jual dan sebagainya. Mungkin ini bukan hanya fenomena sekali dua kali, tapi mungkin dalam setiap konser ada juga seperti itu,” kata Fajar.

Belum lagi jika ditinjau dari aspek teologis. Menurut Fajar, sebuah konser pasti akan ada konsep pelaksanaannya. Bagaimana pengaturan konser untuk anak-anak, atau remaja Muslim. Adakah konsep penjagaan waktu shalat? Atau bahkan, adakah lagu atau aksi panggung suatu grup band yang bertentangan dengan nilai, budaya, agama, serta keyakinan warga negara Indonesia?

“Kalau dari sisi lagu-lagunya, mungkin tidak ada yang secara terbuka mendukung gerakan LGBT. Tapi, aksi-aksi panggungnya sering kali begitu. Mereka (Coldplay) sering menunjukkan bendera khas LGBT. Ini yang dikhawatirkan sebenarnya. Kita punya nilai, kita punya budaya, kita punya keyakinan. Indonesia ini mayoritas Muslim,” pungkas Fajar.[] Ikhty

Share artikel ini: