Pesilat Berprestasi Ditangkap Densus 88, Begini Kata Aktivis

Mediaumat.id – Menyikapi penangkapan pemuda pesilat dengan sederet prestasi di cabang olahraga pencak silat dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror, Aktivis Gerakan Islam Ahmad Khozinudin khawatir, setelah itu bukan hanya atlet pencak silat yang diterorisasi.

“Bagaimana nasib masa depan bangsa ini jika putra berprestasi justru diterorisasi? Nanti, bukan hanya atlet pesilat. Bisa atlet pemanah, penembak, dan sejumlah olahraga beladiri lainnya ditangkapi,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Jumat (24/12/2021).

Diketahui, karena dituduh Densus 88 terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), pada Rabu (22/12) Pemuda berinisial MNR di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, diamankan serta rumah tempat tinggalnya digeledah Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

Namun menurut pelatih silatnya, Abu Solihin, sosok MNR (22) seperti diberitakan, merupakan anak baik yang bahkan pada Oktober 2020 telah berhasil meraih juara satu dari 2.200 peserta kejuaraan dunia pencak silat di Belanda.

Atas prestasi internasional itu, ungkap Solihin, MNR mendapatkan penghargaan dari Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina yang penyerahannya dilaksanakan saat peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) tanggal 9 September 2021.

Sementara, terkait senjata tajam yang dibawa polisi saat penggeledahan, yang ternyata dari pengakuan orang tua merupakan peralatan anaknya untuk latihan pencak silat termasuk saat bertanding di kejuaraan, menurut Ahmad, tidak lantas bisa diidentikkan dengan terorisme.

“Dalam olahraga silat itu ada senjata sebagai bagian dari seni beladiri. Sama seperti panah untuk pemanah, tembak untuk penembak, dan olahraga dengan varian senjata lainnya,” jelasnya.

“Kalau senjata dijadikan ukuran terorisme, nanti tukang jagal atau penjual daging bisa dituduh teroris pula,” tambahnya berseloroh.

Dengan demikian, semua itu menurut Ahmad sama lucunya dengan hororisasi sebelumnya, penangkapan Ustaz Farid Okbah dkk. “Makin ke sini, isu terorisme menjadi seperti kisah seribu malam. Tak logis, yang penting tampak heroik,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: