Mediaumat.news – Musibah pandemi Covid-19 yang belum juga usai, mengetuk hati Mudir Ma’had Khadimus Sunnah Bandung Ajengan Yuana Ryan Tresna untuk mengingatkan rezim agar segera bertobat.
“Harus segera tobat. Kembali kepada Allah. Dalam konteks negara berarti kembali kepada hukum-hukum Allah. Hukum yang diterapkan harus hukum Allah bukan hukum buatan manusia. Artinya harus kembali pada syariat Islam,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Selasa (3/8/2021).
Menurutnya, musibah yang berkepanjangan ini akibat ulah tangan-tangan manusia. “Tangan-tangan pemangku kebijakan. Sehingga berlarut-larut tidak ada penyelesaian yang signifikan dan sampai hari ini angkanya masih sangat tinggi. Ini yang harus disadari, makanya kita harus instropeksi diri,” ujarnya.
Ajengan Yuana mengatakan, pemimpin negeri ini harusnya instropeksi bukan terkait musibah yang merata pada seluruh wilayah, namun mengapa penanganan di Indonesia begitu lambat dan cenderung tidak ada penyelesaian yang signifikan. “Ini adalah hal yang harus dievaluasi. Ada yang salah. Ada yang keliru. Ada kegagalan dalam menangani pandemi Covid 19 ini,” tegasnya.
Ia menilai langkah yang harus dilakukan rezim adalah harus menyadari kesalahan karena boleh jadi apa yang terjadi ini adalah bentuk jaza (balasan). “Rasulullah SAW bersabda: Musibah-musibah, penyakit-penyakit dan kesusahan-kesusahan di dunia merupakan balasan (jaza),” tuturnya.
Menurutnya, apa yang terjadi hari ini bisa jadi merupakan balasan dari menjauhnya negeri ini dari ketentuan Allah SWT atau syariat Islam sehingga sudah sangat tepat ketika dihadapkan pada realitas seperti ini, langkah pertama harus melakukan tobat. “Harus tobat, yakni menyadari kesalahan, menyesali kesalahan dan tidak mengulanginya lagi dengan penyesalan yang sungguh-sungguh dan serius,” ungkapnya.
“Tobat ini menjadi sangat penting dilakukan. Wujud dari tobat adalah kembali kepada Allah SWT. Kembali kepada hukum-hukum Allah SWT. Karena bisa jadi pengingkaran dari hukum-hukum Allah dari kehidupan masyarakat dan negara ini menjadi sebab adanya berbagai macam musibah, penyakit-penyakit dan kesusahan-kesusahan,” tambahnya.
Selain itu, Ajengan Yuana juga menyarankan agar rezim ini berzikir yakni mengingat Allah SWT. “Zikir itu bukan hanya lisan namun juga dalam hati yang selalu terpaut dengan Allah SWT kemudian dalam tindakan atau kebijakannya sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan Allah SWT,” ujarnya.
Ia menilai zikir tidak berarti ketika lisannya berzikir namun hatinya jauh dari Allah. Kebijakannya juga menentang hukum-hukum Allah SWT.
“Bagaimana bisa pada satu sisi berzikir, namun pada sisi lain rezim ini anti pada sebagian wacana syariat Islam, termasuk anti dengan penegakan syariat Islam, anti dengan Khilafah bahkan memusuhi para pejuangnya yang hendak menegakkan Islam termasuk mengkriminalisasi bahkan sampai memenjarakan ulama dan habaib?” ujarnya.
Menurutnya, ini sangat jauh dari sikap zikir yang sebenarnya. “Zikir itu mengharuskan ketundukan kepada Allah SWT, mengambil Islam sebagai UU negara, bukan malah memusuhi syariat Islam dan memusuhi para pejuangnya,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it