Pertumbuhan Ekonomi 5,11% dalam Kapitalisme, Biasalah Pencitraan

 Pertumbuhan Ekonomi 5,11% dalam Kapitalisme, Biasalah Pencitraan

Mediaumat.info – Klaim pertumbuhan ekonomi sebanyak 5,11% dan masuk tiga besar negara dengan pertumbuhan tinggi menurut Ketua Aliansi Buruh Indonesia Nanang Setiawan sepertinya di sistem kapitalisme demokrasi itu biasalah pencitraan.

“Sepertinya di sistem kapitalisme demokrasi itu biasalah pencitraan,” tuturnya dalam Kabar Petang: Glodak! Katanya Ekonomi Bagus, Pabrik Tutup, PHK di Mana-Mana, Selasa, (18/6/2024) di kanal Youtube Khilafah News.

“Pencitraan kesejahteraan itu sangat biasa karena mereka menilai kesejahteraan itu bukan dari person per person atau dari orang per orang tapi dari hitungan GDP dari hitungan global,” ulasnya.

Namun dalam pandangan Islam, ucapnya, satu orang saja yang masih dalam kondisi miskin itu tidak bisa negara mengklaim dia sudah sejahtera.

“Kalau sampai ada satu orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, maka negara belum sukses,” bebernya.

“Negara tidak bisa dikatakan sejahtera apalagi meningkat kesejahteraannya sampai sekian persen,” imbuhnya.

Nanang mencontohkan kondisi hari ini buruh itu tertekan, ditekan oleh penguasa, ditekan dengan pajak, ditekan dengan kebutuhan harga-harga yang terus melambung tinggi dan mereka luar biasanya tetap bersabar.  “Jadi sangat kejam sekali,” tegasnya.

Sangat Buruk

Menurut Nanang, sistem kapitalisme ini, memang sistem yang sangat buruk dan membuat negeri ini terpuruk. “Maka satu-satunya cara adalah meninggalkan sistem kapitalisme itu,” tegasnya.

Ia menilai meninggalkan sistem kapitalisme ini butuh pemimpin-pemimpin yang berani, butuh masyarakat yang berani.

“Di manakah umat ini mendapatkan keberanian itu?” tanyanya.

Menurutnya, keberanian itu muncul dari pemahaman-pemahaman mengenai akar masalah di negeri ini dan solusinya dari solusi yang paripurna dan tuntas dari Zat yang menciptakan manusia, dalam hal ini adalah syariat Islam.

“Syariat Islam dengan tegas menyatakan bahwa kedaulatan tertinggi itu di tangan Allah bukan di tangan rakyat, bukan di tangan manusia,” cetusnya.

Menurutnya, dari sinilah terlahir sebuah sistem ketenagakerjaan dalam pandangan Islam bahwa buruh itu merupakan bagian dari rakyat yang wajib diriayah oleh pemerintah.

“Salah satunya dengan cara memberikan gaji yang sesuai dengan curahan tenaga mereka,” paparnya.

Ia mengungkapkan UMK (upah minimum kota) itu bentuk ketidakadilan kepada para buruh sama-sama kerja jadi kuli bangunan tapi gajinya beda.

“Yang satu gajinya yang satu ini rajin karena UMK di kotanya itu rendah akhirnya digaji rendah sementara yang satunya kerjanya malas-malasan seperti buruh dari asing ini kerja malas-malasan malah digaji sangat tinggi melebihi buruh buruh lokal,” ujarnya sambil mencontohkan.

“Inilah ketidakadilan sistem gaji di dalam sistem kapitalisme dan itu hanya salah satu problem cabang saja dari sistem kapitalisme ini,” tandasnya.

Ia mengajak meninggalkan sistem yang bertentangan dengan syariat Islam untuk kembali kepada hukum Allah SWT yaitu penerapan syariat Islam secara kaffah.

“Demi Indonesia yang baldatun thaybatun warabbun ghaffur,” pungkasnya. [] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *