Pertemuan Prabowo dan Rothschild Bukan Sekadar Pertemuan Bisnis Biasa

Mediaumat.info – Pertemuan Menteri Pertahanan RI yang juga Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto dengan Direktur Eksekutif Volex Global Nat Rothschild yang membangun pabrik di Batam yakni PT Volex Indonesia patut dicurigai bukan sekadar pertemuan bisnis biasa.

“Melihat Nat Rothschild yang berlatar belakang khusus ini tentu patut diduga tidak sekadar bisnis biasa apalagi saat ini Indonesia tidak memiliki kerja sama diplomatik dengan entitas penjajah Zionis Yahudi (Israel),” ujar Pengamat Politik Islam Dr. Riyan M.Ag. kepada media-umat.info Rabu (7/8/2024).

Riyan membeberkan, Nat Rothschild adalah bagian dari keluarga Rothschild yang bergerak dalam investasi dan perbankan global dan merupakan keluarga Yahudi yang jelas-jelas mendukung gerakan zionisme internasional dalam melakukan penjajahan di Palestina.

“Keluarga Rothschild dengan berbagai cara dan jejaring, termasuk terlibat bersama Inggris dan Kemal Pasha dalam meruntuhkan Khilafah Utsmani di Istanbul pada 3 Maret 1924. Dan ini tentu bertentangan dengan konstitusi Indonesia yang menginginkan penghapusan penjajahan dari dunia,” ujarnya.

Membahayakan

Menurut Riyan, bekerja sama dengan keluarga Rothschild akan membahayakan negeri ini. Pertama, bahaya secara politis (konstitusi). Saat ini Indonesia tidak memiliki kerja sama diplomatik dengan entitas penjajah Zionis Yahudi (Israel), sehingga dengan kerja sama ini tidak akan dapat dilepaskan dengan akses penjajah dan pendukungnya ke Indonesia, apalagi sudah berhubungan dengan tingkat Presiden terpilih Prabowo.

“Jelas bahayanya adalah pelanggaran konstitusi terkait penghapusan penjajahan,” ucapnya.

Kedua, bahaya ekonomi. Riyan mengingatkan, seharusnya pemimpin Indonesia memiliki visi kepemimpinan yang islami dan ideologis, tidak sekadar pragmatis, mengejar manfaat materi semata dari investor dan investasi asing tanpa memperhatikan potensi bahaya di masa depan khususnya terkait dengan keberadaan investor Yahudi penjajah. Terlebih saat ini entitas Zionis Yahudi sedang melakukan genosida terhadap kaum Muslim di Palestina.

Riyan menilai, bisnis tidak senantiasa murni bisnis yang hanya mencari keuntungan semata. Sering kali bisnis hanya sebagai kedok untuk kepentingan lain yang lebih luas, seperti dominasi dan penjajahan politik dan lainya. Pengalaman VOC Belanda di masa lalu dan dominasi MNC (multinational company) seperti kasus PT Freeport Amerika yang menguasai tambang tembaga dan emas di Papua harus dijadikan pelajaran.

Terakhir, Riyan meminta proyek kerja sama dengan Nat Rothschild dihentikan saat ini juga karena melanggar konstitusi terkait penghapusan penjajahan.

“Juga melanggar syariah Islam, karena bekerja sama dengan pendukung penjajah Zionis yang melakukan penjajahan dan genosida kepada saudara kita di Palestina,” pungkasnya. [] Agung Sumartono

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: