Pertempuran berlanjut pada hari Ahad (24/5) antara Tentara Nasional Libya (LNA) dan para milisi Gharyan pro pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).
Sebuah sumber militer Libya mengkonfirmasi bahwa pagi ini, Tentara Nasional Libya melancarkan beberapa serangan berturut-turut di kota Gharyan dengan mobilisasi pasukan militer Tentara Nasional Libya di darat. Serangan itu, menurut Salim al-Dairi, seorang perwira di Tentara Nasional Libya, membunuh beberapa anggota milisi Gharyan, termasuk 3 pemimpin.
Al-Dairi mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada “Erem News” bahwa Tentara Nasional Libya menyerang sasaran di gerbang “Al-Qudamah” dekat desa Gharyan dan mengakibatkan banyak nyawa dan peralatan yang hilang. Al-Dairi menjelaskan bahwa perkembangan terbaru di poros selatan Tripoli telah terjadi penembakan artileri di pangkalan militer Maitika, dengan penembakan timbal balik oleh kedua belah pihak, menggunakan senjata ringan dan menengah di poros Ramla, serta penembakan artileri berselang di sekitar jembatan al-Sawani.
Masalah Libya terletak pada konflik internasional Amerika-Eropa, serta agen-agen regional dan lokal. Aqila Saleh mengungkapkan hal ini dengan mengatakan: “Masalah Libya terkait erat dengan masyarakat internasional, sehingga krisis Libya ada di tangan masyarakat internasional.” Maksudnya adalah Amerika dan Eropa karena merekalah yang ikut campur, serta para anteknya, di antaranya Haftar, di mana mereka ini adalah para boneka yang mencari kepentingan mereka sendiri, karena itu mereka menjual negaranya dan menempatkannya di tangan para penjajah.
Untuk itu, solusinya harus dimulai dengan menciptakan opini umum yang menolak intervensi pasukan-pasukan ini, mengecam setiap orang yang menerima solusi mereka, berjalan bersama mereka, dan memasukkan mereka ke dalam pengkhianatan; di samping itu menciptakan opini umum tentang pemerintahan Islam, yaitu negara Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah (hizb-ut-tahrir.info, 26/5/2020).