Kita semua tahu bahwa Sayyidah Khadijah binti Khuwailid adalah istri Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah seorang wanita pertama yang mempercayai dakwah Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, lalu apa artinya ini?
Apa artinya ini bagi seorang wanita yang pertama menerima risalah dan kerasulan shallallāhu ‘alaihi wa sallam?
Apa arti bagi suaminya, Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang dalam keadaan panik, gemetar, tidak sadar akan apa yang sedang dia lakukan, lalu bergegas menemuinya untuk meminta tidur dan kehangatan seperti anak kecil di pangkuan ibunya?
Apa pula arti bahwa Khadijah menjaga, menenangkan, menghibur dan menidurkannya seperti yang dilakukan seorang ibu terhadap buah hatinya. Kemudian Khadijah pergi ke dokter spesialis terkait berita-berita para nabi dan rasul, serta hal-hal yang dialaminya, yaitu ke pamannya Waraqah bin Naufal. Sehingga Waraqah pun menguatkan keyakinan-keyakinan Khadijah pada suaminya, dan juga memberinya kabar gembira bahwa suaminya adalah seorang nabi?
Bayangkan seandainya Khadijah meresponnya dengan sikap ketidakpedulian, pengabaian atau apapun bentuknya atas apa yang terjadi pada seorang pria yang tidak lain adalah suaminya, ketika sang suami tengah mencari perlindungan darinya dalam menghadapi berbagai ujian dan musibah!
Bayangkan seandainya Khadijah tidak memiliki kepedulian sedikitpun pada suaminya, dan menganggap ceritanya hanya sebagai mimpi di siang bolong dan hayalan belaka!
Khadijah tidak membayangkan apapun selain mempercayainya dan menanggapi ceritanya dengan serius, serta berharap bisa menjadi suatu yang besar, seperti seorang nabi, misalnya.
Lalu bagaimana jika Anda tahu bahwa pernikahan mereka tidak biasa dan tidak setara kalau diukur dengan logika kehidupan kita saat ini. Seorang pemuda fakir menikahi seorang janda dari kalangan orang-orang kaya dan hampir memasuki gerbang penuaan.
Khadijah menerima dakwah suaminya, mengadakan berbagai jamuan untuknya dan mengundang para tokoh beserta para istrinya. Dengan demikian, ia sedang menciptakan peluang bagi suaminya untuk menyampaikan dakwah pada masyarakat.
Khadijah menghabiskan hartanya dengan sangat dermawan dan murah hati demi menyebarkan dakwah suaminya.
Tidak ada seorangpun hari ini yang bisa mengapresiasi atau menghargai nilai kemurahan hati Khadijah radhiyalllahu ‘anha dan pentingnya, kecuali orang-orang yang secara sukarela mengemban dakwah Islam.
Tidak ada seorangpun yang menyadari akan kemampuan seorang wanita shalihah dalam meringankan cobaan dan kesulitan, serta meringankan rasa sakit, sebagai orang terdekat suaminya, bahkan sekalipun saat menghadapi sebuah negara sendirian, kecuali mereka yang mengemban dakwah kepada Allah.
Bagaimana jika Allah menguji Anda dengan memiliki istri yang tidak percaya pada dakwah yang Anda emban, dan bahkan tidak berusaha untuk percaya? Maka masalah dalam pandangannya hanya satu, yaitu dua keadaan yang berjalan mengiringi kehidupan Anda, apalagi masalahnya menjadi penting untuk menjaga keluarga dan anak-anak.
Sehingga tidak ada perbedaan antara istri Anda menjadi perisai, pelindung dan pedang tajam yang ada di sisi Anda, ataukah hanya langit-langit yang melindungi Anda dan keluarga dari omongan kotor masyarakat semata?
Apa perbedaan antara istri Anda mengatakan kepada orang lain: Benar, suami saya telah menyakini ini dan itu!? Atau istri Anda berkata: Suami saya mengatakan ini dan itu dengan lidah yang mungkin saja ada salahnya?
Apa perbedaan antara istri Anda bernyanyi dan membual bahwa Anda mengemban dakwah Islam dengan penuh keberanian dan tidak takut sedikitpun celaan para pencela dalam berdakwah? Dan antara bahwa istri Anda mengeluhkan Anda sebagai pembawa sial dan kesulitan di rumah, serta menghancurkan stabilitas rumah dan anak-anak?
Tidak hanya itu, bahkan apa perbedaan antara Khadijah yang menghabiskan hartanya dan menyiapkan jamuan agar suaminya bisa menyampaikan dakwah di hadapan banyak orang, dan antara istri yang mungkin merasa terbebani dan bosan dengan menjadi tuan rumah bagi saudara-saudara Anda dalam mengemban dakwah?
Dan Anda, wahai saudaraku, tahukah Anda bahwa keimanan istri Anda penting untuk mengemban dakwah Islam, di samping itu akan memberi buah lebih besar, dan tidak hanya itu, bahkan hal pertama yang harus Anda mulai dengan istri dan keluarga Anda adalah mereka turut mengemban dakwah bersama Anda. Ingat, mereka adalah garis pertahanan terakhir dari kondisi dan ketidakstabilan ekstrem yang mungkin menimpa Anda.
Seruan ini ditujukan untuk wanita Muslim yang mulia, dimana kita tahu bahwa kondisi dakwah dan keadaan hidup itu sulit, juga kita tahu bahwa godaan banyak dan rintangannya lebih banyak, namun kita berbagi dengan Anda dengan iman kita atas fakta yang kita tidak berbeda pendapat atasnya, yaitu bahwa Allah itu benar, dan bahwa agamanya adalah agama yang benar juga kami bersaksi bahwa Muhammad Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengalahkan semua agama, dan bahwa kematian itu benar, dan bahwa kita semua sama-sama berkewajiban untuk mengemban dakwah Islam, seperti yang diemban oleh Khadijah bersama dengan Nabi kita yang mulia shallallāhu ‘alaihi wa sallam, apakah Anda tidak ingin menjadi wanita surga di mana tidak ada penderitaan, kelelahan dan keletihan.
Untuk para istri pengemban dakwah, kami sampaikan salam kebesaran dan kemuliaan meski dengan cangkir kopi atau setetes air yang Anda suguhkan melalui tangan-tangan suci Anda kepada suami Anda atau teman-temannya di rumah Anda; salam kemulian meski Anda berdiri di balik jeruji kehidupan dan kekejaman, saat suami, anak-anak, dan saudara Anda ditangkap hanya karena mereka mengemban dakwah kepada Allah. Apa yang bisa kita katakan, demi Allah, Allah telah memilih Anda untuk kehormatan ini bukan orang lain, sehingga Anda bisa mendapatkan balasan yang lebih baik atas semua itu. Kepada Allah dan hanya kepada Allah, wahai saudariku, sebab karena Anda kita menjadi kuat, in syā Allah dalam diri Anda tersimpan kekuatan seperti Khadijah, Asma’ binti Abu Bakar dan Khawlah binti al-Azwar. Ingat, bahwa kemuliaan itu tidak pernah disematkan kecuali pada meraka yang layak saja. Sehingga tidak salah orang yang berkata bahwa agama ini dimuali dari seorang pria dan wanita. Untuk itu, jika pria, suami Anda mengemban dakwah Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka jadilah Anda wanita, istrinya yang juga mengemban dakwah bersamanya, seperti Khadijah, dan di sisi Allah semoga kita semua menerima pahalanya, untuk melihat bagaimana keluarga ini terlibat dalam perubahan besar ini.
Ketahuilah wahai putriku dan saudariku bahwa dalam mengemban dakwah itu kalian lebih penting dan lebih cepat daripada kami, karena di rumah-rumah Anda dibentuk para tokoh, pahlawan dan pemimpin, bahwa mereka itu dibentuk oleh tangan-tangan Anda. Ya Allah, tunjukkan kepada istri-istri kami semuanya agar mereka mengemban panji-Mu di rumah-rumah mereka dan semua pekerjaannya, bersama suami mereka, keluarga mereka dan di mana saja mereka berada. Ya Allah, jadikan mereka para istri sebagai penolong kami dalam mewujudkan tujuan kita semua, yaitu tegaknya Khilafah ‘ala minhājin nubuwah. Sebagai penutup seruan kami, maka kami katakan segala puji hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. [Abdur Rauf Bani Atha]
Sumber: alraiah.net, 23/12/2017.