Persaingan Militer AS-China, dan Posisi Umat Islam

 Persaingan Militer AS-China, dan Posisi Umat Islam

China dan AS sedang menghadapi peningkatan ketegangan di kawasan Asia-Pasifik di tengah upaya memulihkan saluran komunikasi defensif. Meskipun AS saat ini masih mempertahankan keunggulan militernya atas China, namun para analis menunjukkan bahwa kesenjangan ini semakin menyempit seiring China meningkatkan kemampuan militernya melalui modernisasi dan kemajuan teknologi.

Pertemuan baru-baru ini antara Menteri Pertahanan China, Dong Jun dan mitranya dari Amerika, Lloyd Austin, menekankan sikap tegas terhadap Taiwan, di tengah meningkatnya aktivitas militer di wilayah tersebut. China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah mengintensifkan pelatihan militernya, sehingga meningkatkan ketakutan dan peringatan Amerika. Pentagon mencatat bahwa ekspansi maritim China melampaui AS dalam hal jumlah kapal, dan ekspektasi menunjukkan pertumbuhan lebih lanjut.

Meskipun kedua negara bersaing dalam kekuatan militer, dan kerja sama dengan sekutu Indo-Pasifik dapat membentuk keseimbangan di masa depan. Namun pada saat yang sama, aliansi strategis Washington di kawasan ini, yang didukung oleh inisiatif seperti AUKUS (Australia, United Kingdom, United States), bertujuan untuk mengimbangi pengaruh China, menyoroti lanskap geopolitik yang kompleks dengan implikasi terhadap dinamika keamanan global (scmp.com).

**** **** ****

Persaingan militer antara Amerika Serikat dan China menekankan pentingnya negara memiliki kekuatan militer yang kuat untuk melindungi kepentingannya, baik secara internal maupun internasional. Apalagi negara yang memiliki kemampuan militer dalam skala global siap memberikan kontribusi signifikan terhadap urusan global.

Sebagai kekuatan militer yang dominan, Amerika Serikat dan China memiliki pengaruh signifikan di berbagai kawasan di dunia, termasuk Asia-Pasifik, Afrika, Eropa, dan Amerika. Namun doktrin sekuler mereka sering kali lebih mengutamakan kepentingan nasional dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Kebijakan China di Xinjiang dan Tibet, serta intervensi AS di beberapa negara seperti Irak, Suriah, Yaman, Libya, dan Afghanistan, mencerminkan dinamika ini. Sementara dukungan berkelanjutan Amerika terhadap entitas Yahudi menegaskan perannya dalam konflik yang berdampak pada populasi kaum Muslim di Palestina.

Peradaban Islam memiliki sejarah yang kaya di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, dimana peradaban Islam ini telah meluas ke Asia, Afrika, dan Eropa. Periode kemakmuran ini terjaga dan terpelihara oleh akidah (ideologi) yang baik dan benar, kekuatan ekonomi, serta militer yang kuat. Peradaban Islam ini mencapai keamanan dari gangguan eksternal dan memfasilitasi kontribusi positif bagi peradaban dunia.

Dengan demikian, sudah menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk mengembalikan sejarah prestasi masa lalu tersebut, serta berusaha dengan tekun dan serius untuk mengembalikan kejayaannya di masa lalu, serta melanjutkan kehidupan Islam melalui pendirian Khilafah yang dipandangnya sebagai kunci utama untuk memulihkan kesuksesan masa lalu dan memastikan masa depan yang sejahtera. [] Abdullah Aswar

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 19/6/2024.

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *