Mediaumat.news – Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte yang menyebut Hungaria tidak punya tempat lagi di Uni Eropa karena telah meloloskan rancangan undang-undang (RUU) pelarangan konten lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di sekolah-sekolah, semakin menegaskan komitmen dukungan Eropa terhadap LGBT.
“Pernyataan PM Belanda bahwa negara yang melarang LGBT, tidak punya tempat di Uni Eropa, semakin menegaskan komitmen dukungan Eropa terhadap LGBT,” ujar Aktivis Muslimah Iffah Ainur Rochmah kepada Mediaumat.news, Ahad (27/5/6/2021).
Sebelumnya, lanjut Iffah, 27 negara termasuk Belanda, selain menandatangani komitmen memberikan hak keberadaan kelompok homo, Uni Eropa juga bertekad memberantas segala bentuk aturan diskriminatif dan homofobia.
Karena itu, dengan meloloskan RUU pelarangan konten LGBT, Hungaria dianggap mengeluarkan aturan diskriminatif terhadap kelompok homo. Padahal, Hungaria hanya melarang menggunakan alat peraga LGBT saat pengajaran di sekolah. “Alasannya, memastikan agar ortu punya kebebasan mengarahkan pendidikan seksual anaknya,” ungkapnya.
Rusak
Menurutnya, pengakuan dan pembelaan mereka terhadap kaum terlaknat LGBT juga membuktikan implementasi nilai dasar kebebasan tanpa batas dan anti diskriminasi yang diberlakukan di sana, sesungguhnya rusak dan melawan fitrah manusia.
Ia membandingkan perlakuan Eropa terhadap kebebasan beragama bagi Muslim di sana yang ternyata, justru didiskriminasi. “Mereka justru dilarang pakai niqab, dilarang berjenggot, bahkan didiskriminasi (hanya) karena bernama Muhammed atau Ahmed. Dan inilah nilai-nilai yang mereka ekspor ke semua belahan dunia,” bebernya.
Untuk memahamkan Eropa soal martabat dan kesetaraan yang sesuai fitrah manusia, Iffah mengatakan, dari sisi kerusakan dan semakin besarnya beban negara akan lahir dari kebebasan versi mereka. Seperti, bunuh diri, depresi, konflik keluarga, perceraian dan lost generation.
Maka itu, tegas Iffah, Eropa semestinya membuang nilai-nilai tersebut, terlepas karena alasan kemanfaatan atau penghormatan terhadap hak manusia. Bila tidak, masyarakat dunia sudah pasti kehilangan respek dan dukungan terhadap mereka. “Pengaruh mereka di dunia makin redup karena kebangkrutan mereka di semua aspek,” imbuhnya.
Apalagi, menurutnya, dunia saat ini sedang menanti tatanan baru yang menghormati dan memupuk fitrah manusia, anti LGBT serta menjunjung nilai ketaatan terhadap Sang Pencipta. “Dunia menunggu tata dunia Islam, yakni khilafah untuk menggantikan posisi Eropa dan negara kapitalis lain,” pungkasnya.[] Zainul Krian