Mediaumat.news – Menjawab pernyataan Pangkostrad Letjen Dudung ‘tak hanya sekadar PKI (baca: ekstrem kiri) yang kita waspadai, tapi juga ekstrem kanan’, sebagaimana disiarkan Radio Elshinta di kanal Youtubenya (30/9), Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, justru faktanya rezim saat ini hanya ingin memerangi kelompok ekstrem kanan.
“Sikap rezim sekarang tampak sangat ingin memerangi apa yang disebut ekstrem kanan yang disebut mereka dengan istilah kelompok radikal,” tegasnya kepada Mediaumat.news, Sabtu (02/10/2021).
Fakta yang terlihat, lanjut UIY, memang menggambarkan hal itu. Mulai dari pembubaran HTI, FPI, penangkapan sejumlah ulama, tokoh, aktivis, lalu pelarangan pengajian, pemblokiran akun sosmed, semua atas nama memerangi radikalisme.
Padahal apa yang dimaksud dengan istilah radikal dan radikalisme hingga sekarang tidak jelas. “(Sehingga) apakah semangat untuk menerapkan dan memperjuangkan Islam itu salah? Kenapa lalu disebut radikal dan dilarang?” herannya.
Sementara di saat bersamaan, ia juga mengatakan, sikap terhadap ekstrem kiri sangatlah lembek, bahkan terkesan membiarkan dan mendukung. Salah satu contohnya ketika muncul kegairahan masyarakat nobar atau nonton bareng film G30S/PKI yang ditayangkan oleh sejumlah televisi swasta, TVRI malah tidak menayangkan.
Ia pun berpendapat, memang tidak ada upaya atau tindakan masif untuk mencegah berkembangnya paham komunisme. “Yang ada malah partai berkuasa memberikan ucapan selamat kepada PKC (Partai Komunis Cina),” ungkapnya menyindir pimpinan partai penguasa yang awal Juli lalu ucapkan selamat HUT.
Bahkan, lanjutnya, dengan alasan memenuhi undangan PKC untuk belajar atau studi banding, partai tersebut pernah mengirim kadernya ke Cina pada Oktober 2013. “Padahal, komunisme dan PKI telah pernah memberontak dan menimbulkan korban yang sangat banyak di kalangan rakyat, ulama, militer dan lainnya,” ucapnya menyayangkan.
Pancasila?
Setali tiga uang, terhadap kapitalisme pun tidak ada kritisme sama sekali. Ia mengatakan, rezim justru mengadopsi paham, sistem dan kebijakan-kebijakan kapitalisme di dalam sistem moneter/keuangan, pengelolaan sumber daya alam, kebijakan fiskal dll. Seolah Indonesia memang menganut kapitalisme. “Katanya Pancasila, apakah kapitalisme itu sesuai dengan Pancasila?” tanyanya.
Dengan demikian, di satu sisi sangat tampak nyata permusuhan rezim terhadap Islam politik, di saat yang sama menunjukkan fakta ketundukan rezim terhadap sekularisme, khususnya kapitalisme. “Ini buruk, karena bagaimana bisa negeri yang merdeka disebut atas berkat rahmat Allah, tapi memusuhi ajaran dan syariat Allah? Bagaimana mau dapat berkah?” pungkasnya.[] Zainul Krian