Perjanjian Perdamaian Afghanistan: Apakah Muslim Korban dari Berita Bohong yang Kejam?

Di Afghanistan, Amerika terperangkap dan mencoba banyak strategi dan pilihan untuk menarik diri dari Afghanistan setelah tahun 2006. Posisi Amerika telah tergelincir dari negara adidaya menjadi hanya salah satu dari banyak kekuatan dengan beban ekspedisi militer yang tidak berkelanjutan.

Laporan ‘Lanskap Global 2020’ adalah sebuah dokumen, yang ditulis pada tahun 2003, yang menyoroti berbagai ‘Kepastian Relatif’ di masa depan. Salah satunya adalah: “Islam Politik akan tetap menjadi kekuatan yang kuat” pada tahun 2020. Menariknya, artikel tersebut membahas tentang tekanan pada Pemerintahan karena Islam politik dan meramalkan munculnya ‘Khilafah Baru’ pada tahun 2020 yang dapat menjadi tantangan bagi norma-norma dan nilai-nilai Barat. Laporan ini didukung dan disusun oleh banyak pakar terkemuka yang terlibat dalam diskusi luas dengan kalangan analis dari Komunitas Intelijen. Dapat ditarik strategi untuk menahan tantangan dari Islam politik untuk Kemapanan Amerika [1]. Sebuah ‘Kekhalifahan Semu’ tampaknya menjadi salah satu strategi yang diadopsi untuk memfitnah dan menunda pembentukan kembali ‘Kekhalifahan Islam Sejati’. Sejarah adalah buktinya, kita sebelumnya melihat salah satu kemunculan seperti itu yang memamerkan bentuk Islam yang sesat atas nama Khilafah. Sementara kemunculan Taliban baru-baru ini atas nama Islam akan menjadi kenyataan lain yang tidak menguntungkan jika mereka mengabaikan kesempatan ini untuk mendirikan ‘Kekhalifahan Islam Sejati’.

Selanjutnya, pada tahun 2004 terbit sebuah dokumen berjudul: “Dunia Muslim setelah 9/11” [2]. Dokumen tersebut memiliki kategorisasi dan analisa yang tajam dan rinci tentang umat Islam pada umumnya dan berbagai organisasi dan kelompok fungsional Muslim pada khususnya. Terakhir Rand Corporation pada tahun 2020 menerbitkan laporan terperinci tentang strategi yang dicoba setelah tahun 2003 untuk membantu AS keluar dari rawa-rawa Afghanistan. Kebijakan yang memberi mereka hasil yang diinginkan disebut sebagai ‘Disarm’, ‘Demobilise’ dan ‘Reintegrate’ (DDR) [3]. Namun, sebelum hal ini terjadi sebagian besar strategi ini gagal selama tahun-tahun awal implementasinya sementara DDR memberi mereka hasil yang diinginkan.

Strategi DDR Amerika Bagian 1 : ‘??????’

Setelah tahun 2011 upaya dikoordinasikan dengan berbagai penjilat yang berdedikasi seperti Pakistan, Qatar dan Taliban yang patuh untuk terlibat dengan pasukan mereka di lapangan. Untuk pertama kalinya kerangka waktu ditetapkan pada kehadiran militer AS, saat Obama menetapkan Juli 2011 sebagai awal penarikan pasukan. Obama mengkonfirmasi bahwa AS sedang mengadakan pembicaraan damai awal dengan para pemimpin Taliban. Pada Januari 2012, Taliban mencapai kesepakatan untuk membuka kantor di Qatar yang merupakan langkah menuju pembicaraan damai yang dilihat AS sebagai bagian penting dari penyelesaian politik [4]. Pada tahun 2013 ada wawancara dan diskusi dengan Ms. Shoma Chaudhury sebagai moderator selama ‘Think Fest 2013’ di Goa, India, antara Mullah Abdul Salam Zaeef, duta besar Taliban untuk Pakistan ketika AS menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 dan Robert Grenier, yang menjadi pejabat tinggi CIA di badan kontra-terorisme 2004-2006. Sesi ini diselenggarakan ketika AS sedang mempertimbangkan untuk keluar dari Afghanistan dan mendekati pemimpin Taliban yang lembut [5]. Pejabat India membela kunjungan Mullah Zaeef dengan mengatakan itu adalah bagian dari proses untuk terlibat dengan unsur-unsur kekuatan Islam yang telah kembali ke arus utama dan merupakan bagian dari proses perdamaian Afghanistan. Seseorang harus menghargai pendekatan India ini untuk membawa perdamaian di Afghanistan.

Sumber-sumber pemerintah menunjukkan bahwa Zaeef telah mengunjungi India beberapa kali di masa lalu dan perjalanan terakhir tidak ada unsur kejutan di dalamnya. Dengan tanggal penarikan pasukan AS yang semakin dekat, India khawatir tentang keamanan kepentingan dan asetnya di Afghanistan [6]. Selanjutnya, proses pelucutan senjata dimulai secara eksklusif pada tahun 2013 dengan pembukaan Kantor Taliban di Qatar untuk berurusan dengan AS atas nama Taliban. Namun, para pemimpin di lapangan yang menghalangi dan menentang proses tersebut menjadi sasaran, yang dihukum dan disingkirkan. Ini adalah awal dari perluncutan senjata Taliban.

Strategi DDR Amerika Bagian 2 :: ‘??????????’

Demobilisasi selanjutnya terhadap asset-aset AS di Afghanistan dimulai selama tahap negosiasi yang memuncak pada tanggal 29 Februari 2020 dengan penandatanganan ‘Perjanjian Damai’ antara kedua belah pihak. Sesuai perjanjian, Taliban men-demobilisasi dan mengambil tanggung jawab penuh untuk membela militer AS dari serangan apa pun dan juga menerima demobilisasi di dalam negeri Afghanistan (Intra-Afghanistan). Lebih lanjut, berkali-kali digarisbawahi oleh kepemimpinan Taliban bahwa mereka akan bekerja dalam kohesi dan koherensi dengan sentimen masyarakat internasional. Berkali-kali juru bicara mereka di Kabul Abdul Qahar Balkhis, membela berbagai isu tentang kaum perempuan, pendidikan, hak asasi manusia dan hubungan internasional. Semua masalah ini hanyalah dalihdari barat untuk menaklukkan kepemimpinan Taliban dan membawa pulang tujuan-tujuan kapitalis mereka.

Strategi DDR Amerika Bagian 3 : ‘???????????’

Perjanjian damai menyebabkan Taliban mengambil alih kekuasaan pada tanggal 15 Agustus 2021 dan proses bergeser ke arah reintegrasi di bawah pedoman Perjanjian Damai Doha yang tunduk pada aturan Internasional. Kecuali pertimbangan beberapa peraturan tentang kaum perempuan dan KUHP, pedoman Syariah tentang sistem Ekonomi, Sistem Politik dan Kebijakan Luar Negeri tampaknya tidak fokus pada saat ini. Solusi untuk kerawanan pangan saat ini, krisis kesehatan bukanlah dengan dolar AS, IMF, Bank Dunia atau apa pun yang disebut Komunitas Internasional tetapi hanya mungkin dengan Sistem Ekonomi Islam. Sebuah sistem yang akan berkoordinasi di berbagai bidang politik khususnya dengan kebijakan Luar Negeri Islam. Krisis saat ini di Afghanistan adalah krisis buatan manusia. Afghanistan dan sumber daya alam ‘Multi Triliun Dinar’ adalah kebutuhan kekuatan Barat. Sebaliknya, sumber daya alam ini adalah milik umum di bawah Syariah. Hanya pedoman syariah yang harus digunakan untuk membentuk kebijakan ekonomi. Fokus kebijakan seharusnya hanya pada kemaslahatan umat Islam untuk membawa mereka keluar dari krisis yang mereka hadapi saat ini. Syarat dan ketentuan untuk mengelola sumber daya tidak pernah bisa berorientasi ke Amerika pada khususnya atau ke barat atau ke timur pada umumnya. Keterlambatan dalam keputusan kebijakan terbuka merupakan sumber dari banyak kecurigaan. Reintegrasi dengan model ekonomi Islam hanya dapat menjadi sumber kesuksesan di dunia dan akhirat. Reintegrasi dengan mereka yang selalu menentang Islam dan Muslim atas nama ‘Perjanjian Damai’ adalah sebuah lelucon. Hal ini akan menjadi olok-olok Sistem Politik Islam dan menghina Syariah jika kesepakatan damai ini menggantikan kesepakatan yang kita buat dengan Allah (Swt). Allah (Swt) memberitahu kita dalam Surah Al-Aaraf ayat 172,

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

“ (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,”

Beberapa dari banyak contoh di bawah ini adalah bukti-bukti atas upaya mereka untuk berintegrasi kembali dengan mereka yang tidak memiliki solusi atas masalah mereka sendiri:

Reaksi Internasional dan pertemuan-pertemuan untuk berintegrasi dengan dunia

Beberapa pertemuan internasional baru-baru ini adalah bukti atas upaya Taliban untuk menyelaraskan hubungan mereka dengan para pemimpin global. Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya empat negara – China, Rusia dan Turkmenistan – telah mengakreditasi para diplomat yang ditunjuk Taliban [7]. Perwakilan pemerintah Taliban bertemu dengan para utusan diplomatik Uni Eropa (UE) di Doha, Qatar. Taliban meminta bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan, dan perwakilan Uni Eropa menyuarakan keprihatinan tentang hak asasi manusia di negara itu [8]. Dalam pertemuan dengan utusan Taliban, para diplomat dari negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) menyerukan rencana rekonsiliasi nasional di Afghanistan yang menghormati hak perempuan untuk bekerja dan bersekolah [9]. Pertemuan Taliban dengan para perwakilan dari Norwegia dan negara-negara lain berfokus pada situasi kemanusiaan dan hak asasi manusia Afghanistan [10]. Hampir sebulan setelah Taliban mengambil alih ibu kota Afghanistan, Kabul, kelompok itu telah menulis surat kepada PBB, untuk mendapatkan kursi di Majelis Umum [11]. Upaya menuju normalisasi ekonomi dengan Barat terbukti dalam seruan diplomatik baru-baru ini ke berbagai kekuatan di Barat.

Surat ke Konggres Amerika untuk berintegrasi dengan model ekonomi mereka

Selama bulan November dalam sebuah surat terbuka kepada Kongres AS, penjabat menteri luar negeri Taliban Amir Khan Muttaqi memohon untuk mencairkan aset bank sentral Afghanistan senilai $9 miliar. Ditegaskan kembali bahwa “kami percaya pada implementasi penuh Perjanjian Doha”. Selain itu, hal tersebut merujuk pada pembicaraan yang dimulai pada 2011 dan kesepakatan itu terbentuk selama periode waktu tertentu dalam koordinasi dengan tiga pemerintah AS. Surat itu memastikan keinginan mereka untuk membangun hubungan Internasional yang positif tanpa ancaman bagi kawasan atau dunia dari Afghanistan. Selanjutnya, fokus penting adalah pada koordinasi dan reintegrasi dengan Amerika. Mereka menawarkan dan mengingatkan Amerika Serikat tentang investasi di sektor manufaktur, pertanian, dan pertambangan Afghanistan. Tingkat ketundukan ini dapat dirasakan ketika seseorang membaca teks surat di mana solusi dicari dari musuh-musuh Islam dan Muslim [12].

Pedoman Islam

Realitas

Saat ini, Afghanistan memiliki sumber daya alam yang sangat besar bernilai sekitar lebih dari 3 triliun dolar. Semua ini secara Islami adalah milik umum. Juga merupakan fakta bahwa ada cukup makanan yang tersedia setiap tahun dalam bentuk berbagai hasil pertanian, peternakan, buah-buahan kering dll, meskipun kelaparan di Afghanistan telah mempengaruhi sebagian wilayah tersebut. Kebijakan Pemerintah bertanggung jawab atas krisis saat ini di Afghanistan. Patut dicatat bahwa kelaparan tidak membutuhkan dolar dari AS atau IMF untuk mengisi perut masyarakat, melainkan utang untuk memperbudak negara mana pun. Selanjutnya, utang ini menjadi penyebab kelaparan dan satu-satunya alasan hilangnya sumber daya alam negara untuk membayar pinjaman. Kebijakan ekonomi kapitalistik yang diberikan oleh Barat adalah penyebab sebenarnya dari kesengsaraan, kesulitan, kemiskinan dan kelaparan di dunia. Kami menyerukan kepemimpinan Taliban yang ada di kursi kekuasaan untuk kembali ke model Ekonomi Islam yang bekerja atas dasar reintegrasi dengan solusi politik Islam. Allah (Swt) memiliki solusi tetapi itu tidak bisa dilaksanakan melalui penerapan Syariah secara parsial.

اَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍۚ فَمَا جَزَاۤءُ مَنْ يَّفْعَلُ ذٰلِكَ مِنْكُمْ اِلَّا خِزْيٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّوْنَ اِلٰٓى اَشَدِّ الْعَذَابِۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

“Apakah kamu beriman pada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar pada sebagian (yang lain)? Maka, tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antaramu, selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. [TQS Al-Baqarah : 85]

Namun, semua orang di lapangan menerima bahwa Taliban telah berhasil memenangkan perang melawan kekuatan super Amerika yang membuat demoralisasi dan memaksanya meninggalkan Afghanistan. Pada saat ini, kita harus menghargai penurunan dan penahanan lingkup pengaruh AS yang babak belur . Faktanya, AS secara praktis telah ‘dilucuti’ tetapi jika persyaratan perjanjian diikuti maka harus jelas bahwa kami belum ‘melucuti’ AS. Dalam pandangan Islam, jika terjadi proses reintegrasi dengan komunitas Internasional, PBB dan Ideologi Barat terus berlanjut dengan mempromosikan tujuan nasionalistik mereka secara internal, yang hanya akan menjadi sebagian keberhasilan duniawi.

Keberhasilan penuh mereka hanya bisa melalui ‘reintegrasi’ rezim dengan Tujuan-tujuan Islam, ‘reintegrasi’ dengan Komunitas Muslim Internasional, ‘reintegrasi’ dengan Umat, ‘reintegrasi’ dengan ideologi Islam dan menolak tujuan nasionalistik khusus Afghanistan. Ummat ini adalah satu Ummat; jangan memperbudak mereka pada dinding batas yang ditarik oleh manusia. Ini adalah ‘Asabiyah’ yang dilarang dalam Islam.

Nabi (saw) bersabda,

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ»

“Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah, dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.”

Allah (Swt) telah memberikan poin yang sangat jelas tentang konsep umat global tanpa mempertimbangkan batas-batas yang dibuat manusia:

وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ

“Sesungguhnya (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Akulah Tuhanmu. Maka, bertakwalah kepada-Ku.” [TQS Al-Mu’minun : 52]

Syariah menuntut dibukanya batas-batasnya untuk semua tanah Muslim di sekitar Afghanistan yang dibentuk oleh konspirasi ‘Sykes-Picot’ yang diplot oleh Barat pada tahun 1916. Jika rezim Taliban goyah dan menyimpang untuk melaksanakan tuntutan Islam ini, maka mereka akan menjadi yang lain. ‘Rezim Islam Semu’ yang akan melayani tujuan Barat pada umumnya dan Amerika pada khususnya. Situasi ini akan membuat mereka menjadi pion di tangan Amerika dan banyak negara lain di sekitarnya. Hasil akhirnya adalah reintegrasi mereka dengan mereka yang akan menjatuhkan remah-remah ke dalam mangkuk mereka dengan imbalan sumber daya alam yang sangat besar yang tersedia di Afghanistan. Namun, kerugian nyata menanti mereka di Akhirat.

Harapan Umat

Situasi saat ini di Afghanistan serupa dalam hal kepercayaan umat ini terhadap Taliban sebagaimana kepercayaan pada partai Al-Nahda di Tunisia dan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Dalam kedua kasus tersebut mereka dianjurkan untuk menegakkan Syariah di negeri mereka masing-masing sebelum berkuasa. Apakah mereka atau dapatkah mereka melakukan hal itu? Jadi, Taliban harus memahami makna di balik ‘Reintegrasi’ karena ada pelajaran yang bisa diambil dari sejarah.

Menurut Hadrat Abdullah bin Abbas, orang Quraisy menawarkan kepada Nabi (Saw); “Kami akan memberi Anda begitu banyak kekayaan sehingga Anda akan menjadi orang terkaya di Mekah; kami akan memberi Anda wanita mana pun yang Anda suka dalam pernikahan; kami siap untuk mengikuti dan mematuhi Anda sebagai pemimpin kami, hanya dengan syarat bahwa Anda tidak akan menjelek-jelekkan tuhan-tuhan kami…….. Nabi (Saw) menolak ‘Perjanjian Damai’ ini (HR Ibn Jarir, Ibn Abi Hatim, Tabrani).

Said bin Mina meriwayatkan bahwa Walid bin Mughirah, As bin Wail, Aswad bin al-Muttalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Nabi (Saw) dan berkata kepada beliau: “Wahai Muhammad (Saw), marilah kita sepakat bahwa kami akan menyembahmu. Tuhan dan Anda akan menyembah dewa-dewa kami, dan kami akan menjadikan Anda sekutu dalam semua pekerjaan kami ….” Mengenai hal ini Allah (Swt) menurunkan Surah Al-Kafirun saat Allah (Swt) perintahkan untuk menolak reintegrasi dan pembagian kekuasaan ini dengan orang Quraisy. (HR Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Hisyam)

Ini harus menjadi sumber pedoman untuk menetapkan kebijakan dengan tujuan tunggal untuk membuat ridho Allah (Swt).

Umat sekali lagi menunggu penegakan kembali Syariah di tangan Taliban dengan harapan akan visi inklusif bagi umat dan tidak hanya untuk Afghanistan. Hal ini hanya dapat terjadi melalui Khilafah Islam yang berjalan di atas metode Nabi (Saw). Kali ini keyakinan dan harapan umat tidak boleh luntur. Taliban mencapai kemenangan atas Amerika ini semata-mata karena iman mereka kepada Allah (Swt) dan melalui Dien-Nya yang mengembangkan keberanian dalam diri mereka untuk secara fisik menang atas negara adidaya Amerika. Sekarang saat penerimaan global Amerika sebagai kekuatan super militer dengan cepat menghilang. Banyak yang menganggapnya sebagai negara dengan kekuatan militer, seperti banyak negara lain, tetapi kekurangan tenaga kerja yang memiliki tujuan, keberanian, dan keberanian tertentu.

Meskipun demikian, rezim Taliban bebas untuk menempatkan Din Allah (Swt) tunduk pada Hukum Internasional yang diatur di bawah bimbingan PBB. Hal ini tidak diperbolehkan untuk mengikuti konsep Negara-bangsa yang diatur di bawah Perjanjian Westphalia di Jerman dan kemudian didukung oleh Mortimer Durand untuk mengisolasi Afghanistan dari umat yang lain. Sekarang, di bawah skenario saat ini di Afghanistan, Taliban perlu mencari tahu standar mana yang harus mereka buat di bawah kekuasaan mereka.

Pertanyaan-pertanyaan Umat

Di mana syariat Islam yang dijanjikan itu dalam sistem pemerintahan Anda? Apakah model Sistem Ekonomi Anda yang harus berada di bawah naungan Imam Umat ini? Apakah Anda menerapkan Sistem Sosial Islam? Mungkinkah ada Keamanan, Kesejahteraan Ekonomi, Fasilitas kesehatan, Kebijakan pendidikan dan stabilitas keseluruhan tanpa penerapan Islam yang menyeluruh di bidang politik? Bukankah ini waktu yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal pada ‘konspirasi Sykes-Picot’ tahun 1916? Apakah umat ini, secara keseluruhan, bagian dari kesepakatan memecah belah yang tidak realistis yang kita ikuti secara agama bahkan sampai hari ini?

Pikirkanlah sejenak! Ke mana Anda menuju? Apakah pendekatan saat ini untuk membatasi Islam sesuai dengan perjanjian yang dibuat seorang Muslim dengan Allah (Swt)? Bukankah hal itu sejalan dengan ‘Perjanjian Damai’ yang akan menyenangkan musuh-musuh Islam? Bagaimana Anda bisa menjadi begitu pragmatis dalam pendekatan terhadap Islam? Islam yang dibatasi bukanlah Islam.

وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka.” [TQS Al-Baqarah: 120]

Lebih baik Anda menyambut keridhaan Allah (Swt) dengan penerapan Dien-Nya daripada berusaha menyenangkan Komunitas Internasional. Memahami Sirah Nabi (Saw) dan sejarah Islam. Jika Anda melihat fakta dan kenyataan baru-baru ini selama beberapa dekade terakhir, dunia Muslim telah mengalami kehancuran yang ekstrem, kehancuran yang meluas, diskriminasi dan keputusasaan yang terencana dengan baik di negeri-negeri Muslim di tangan mereka yang membuatnya, yang disebut sebagai ‘Perjanjian Damai’ dengan Anda.

Hizbut Tahrir kembali menyeru Anda untuk memberikan Nusrah kepada kami demi tegaknya Khilafah yang berjalan di atas metode kenabian. Dengan ini kami mengundang Anda untuk melihat konstitusi Islam untuk negara yang telah disiapkan oleh partai ini untuk diterapkan di tanah Muslim. Partai ini bekerja untuk mendirikan Khilafah di dunia Muslim. Selanjutnya, penggunaan senjata terhadap siapa pun untuk menegakkan Islam adalah haram dalam Islam pada tahap ini. Partai bekerja pada metodologi berdasarkan Ijtihad untuk realitas kita saat ini. Khilafah adalah kenyataan dan akan datang. Ini adalah waktu yang tepat bagi Anda untuk memimpin dan memenuhi janji yang dibuat oleh Allah (Swt) dan kabar gembira yang diberikan oleh Rasulullah (Saw) dalam Hadits Shahih yang sebagian disebutkan di bawah ini:

«… ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

“Dan kemudian akan ada Khilafah di atas jalan kenabian.”

Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh ??????? ??????

https://www.hizb-ut-tahrir.info/en/index.php/2017-01-28-14-59-33/artikel/politik/23052.html

Share artikel ini: