Bertempat di Ponpes Masarratul Muhtajin, Banten Lama, digelar pengajian rutin 40 harian kesultanan Banten pada tanggal 8 November 2019. Para tamu undangan yang dihadiri oleh para ulama se-Banten dan santri ini menghadirkan tema Cinta Rasul Cinta Syariat.
Acara dimulai dengan pembacaan Kalamullah oleh ust. Rizki Fathiy. Tampak para hadirin larut dengan suasana khidmat diiringi lantunan qori yang merdu.
Selanjutnya, sambutan disampaikan oleh KH. Lukman Harun dari Cilegon. Beliau menyampaikan tradisi peringatan Maulid Nabi dilakukan agar kita senantiasa teringat kepada Rasulullah, agar ditiru oleh seluruh umat manusia.
Amat disayangkan, negara yang konon mengaku berketuhanan ini, justru tidak mencontoh pada Rasulullah bagaimana menerapkan Islam dalam kehidupan. Agar Kepribadian para generasi penerus terbentuk seharusnya disuguhkan kisah-kisah para sahabat dan para Nabi agar negeri ini lebih baik dari hari ini dan mereka mampu mencontohnya. Generasi penerus inilah yg akan melanjutkan perjuangan penegakan Syariah Islam.
Selaku tuan rumah, Sultan Banten RB Hendra Bambang Wisanggeni pun turut menyampaikan sambutannya. Beliau berpesan agar Peringatan Maulid Nabi seharusnya membekas dengan meningkatkan ketaqwaan bangsa, namun yg terjadi justru sebaliknya. Karena peringatan Maulid Nabi hanya mengejar ketenaran, materi dan hal2 yg justru bertentangan dengan syariat. Cinta Nabi memiliki konsekuensi yaitu harus Cinta Syariat-Nya, niscaya akan membawa cita2 luhur yaitu terwujudnya Baldatun Thoyyibah Wa Robbun Ghafur.
Selaku narasumber utama, KH. Ahmad Zainuddin memaparkan bahwa Rasulullah pernah menyampaikan hadits tentang banyaknya penghafal Al-Qur’an, tapi tidak diberi syafaat bahkan dikutuk olehnya. Hal ini karena mereka membaca dan menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mengamalkan hukum-hukum nya.
Selain itu khabar Rasulullah mengenai akan hilangnya Syariah Islam Sedikit demi sedikit. Hal ini dimulai dari kekuasaan dan yg terakhir adalah sholat. Memang secara fakta, berakhirnya kekuasaan Islam akan berpengaruh terhadap pelaksanaan Syariat yang kemudian Islam akan tinggal nama saja, papar pimpinan Ponpes Al-Husna Cikampek ini. Dengan demikian, kaum muslimin harus memiliki agenda besar dengan mewujudkan Al-Qur’an menjadi sistem hidup dan pemimpin yang mampu menerapkan nya tandas beliau.
Paparan KH. Ahmad Zainuddin ini diperkuat kembali oleh Ust. Imam Ibrahim. Ustadz muda yang juga masih kerabat Sultan ini memaparkan bahwa Permasalahan bangsa ini selama ini adalah hukum yg tidak masuk akal akibat tidak diterapkannya Syariat Islam. Penjajah Belanda telah hengkang, tapi hukumnya masih dijalankan.
Pengajian ditutup oleh lantunan doa dari KH. Mubarok dari Sukabumi.[]
Sumber: shautululama.co