Sekitar dua ratus kaum muslimin memadati masjid At-Thayyibin Lenteng Sumenep. Acara yang digelar pada Kamis (17/2) ini dalam rangka memperingati isra’ mi’raj nabi ini dimaksudkan untuk mengedukasi umat. Agar Islam kembali tegak dan segala ideologi lain buatan manusia harus tumbang.
Acara pengajian Isra’ mi’raj ini dimulai dengan tahlil bersama. Berharap barokah dari bacaan Al-Quran, bacaan Tasbih, tahmid dan tahlil.
Kemudian acara dilanjutkan dengan lantunan shalawat Nabi dengan shalawat diba’. Semata berharap mengokohkan kecintaan. Mengunduh kerinduan kepada baginda nabi. Bukan semata rindu akan wajah beliau yang mulia. Namun kerinduan akan tegaknya kembali risalah beliau hingga Islam benar benar tinggi, tidak ada yang lebih tinggi darinya.
Momen Rajab sesungguhnya bukan semata mengingat Isra’ mi’raj. Namun momen Rajab adalah momen untuk meneguhkan keimanan. Batu ujian untuk mempertahankan keyakinan disaat banyak yang mengingkarinya. Abu bakar ra diberikan gelar ash-Shiddiq karena beliau adalah orang pertama yang meyakini kebenaran Isra’ mi’raj. Sementara kaum kafir Quraisy saat itu menertawakannya. Menurut mereka hal yang tak masuk akal jika nabi melakukan perjalanan dari masjidil haram menuju masjid Al-Aqsa. Lalu menuju Sidratul Muntaha hanya dalam waktu semalam.
Di zaman Akhir ini, banyak diantara umat Islam, tak lagi percaya bahwa Islam adalah problem solving bagi seluruh permasalahan manusia. Banyak umat Islam masih saja mengambil ideologi lain selain Islam. Kapitalisme sekuler yang lahir dari pemikiran dan sejarah kehidupan Barat kini menaungi kehidupan umat Islam. Namun tanda tanda ambruknya kapitalisme sudah nampak di depan mata. Ideologi ini nyata membawa kesengsaraan dan kemudharatan bagi umat manusia.
Tak ada solusi lain, kecuali kita kembali pada Islam.. Kembali kepada syariah yang dibawa oleh baginda Rasulullah SAW. Sebab hanya Islamlah yang pasti membawa rahmat bagi semesta Alam. []Rfq