Mediaumat.info – Makin meningkatnya pergaulan bebas di tengah generasi saat ini setiap tahunnya, menurut Pendidik Lilik Mutrofin, S.Pd, M.Pd, M.Sc. dikarenakan solusi yang diambil bukan dari nilai-nilai Islam.
“Makin meningkatnya jumlah pergaulan bebas generasi saat ini, dan makin bertambah setiap tahunnya dikarenakan solusi yang diambil bukan dari nilai-nilai Islam,” lugasnya dalam Parenting Remaja Islami, Webinar Forum Guru Peduli Generasi (Forgudasi): Adab Bergaul Remaja Santun agar Terjaga dari Pergaulan Bebas, Kamis (16/5/2024).
Ia mengungkap, pergaulan bebas generasi dilakukan oleh remaja berusia antara 16-17 tahun, bahkan sudah mengarah pada seks bebas yang mengakibatkan kehamilan dan jumlahnya makin meningkat setiap tahunnya. Bahkan, bisa jadi fakta yang ada tapi tidak di-capture, jauh lebih besar dibandingkan yang terdata oleh BKKBN.
Sementara itu, katanya, remaja yang terlibat pergaulan bebas akan cenderung lebih rentan terhadap penggunaan penyalahgunaan zat terlarang, sehingga nanti akan memengaruhi kesehatan mentalnya. Sebagaimana temuan dari para remaja yang mereka sudah masuk circle (lingkaran) pergaulan bebas, sebagian besar memang akan terlibat sebagai pengguna zat-zat terlarang.
“Data tahun 2018 ada sekitar 3 jutaan remaja di 13 provinsi yang menggunakan narkoba, dan kini di tahun 2024 jumlahnya bertambah di atas 3,3 juta. Penggunaan obat-obatan terlarang yang masuk zat psikotropika, maka zat itu tentu akan berpengaruh terhadap mental remaja saat ini, entah itu dari cara berpikirnya kemudian kecepatan mereka untuk merespons sesuatu atau memberikan solusi terhadap permasalahan, tentu itu memiliki pengaruh terhadap generasi,” jelasnya.
Padahal menurutnya, tak dimungkiri, selama ini dari pihak sekolah, lembaga-lembaga terkait yang ada di negara ini, dan dari orang tua sendiri sudah melakukan upaya untuk mencegah agar remaja tidak terjun ke dalam pergaulan bebas atau minimal jumlahnya bisa dikurangi.
“Sebetulnya, pihak sekolah bersama lembaga tertentu maupun lembaga terkait sudah melakukan upaya, yaitu dengan sosialisasi kesehatan reproduksi (kespro) karena sesuai data-data yang terkait dengan pergaulan bebas remaja, biasanya diikuti dengan angka kehamilan yang tidak mereka inginkan. Sehingga, sebagian besar dari mereka melakukan aborsi,” tukasnya.
Namun sayangnya, kata Lilik, beberapa pihak maupun lembaga menilai bahwasanya selama aborsi ketika itu tidak legal atau tidak diizinkan, maupun tidak mendapat perlindungan, maka akan membahayakan bagi remaja, para ibu atau orang-orang yang melakukan aborsi. Sehingga, ada upaya untuk menyuarakan bagaimana aborsi ini bisa difasilitasi oleh lembaga-lembaga kesehatan yang ditunjuk langsung oleh pemerintah.
Dua Poin Penting
Meski demikian lanjutnya, walaupun upaya sudah dilakukan, tetapi faktanya tren pergaulan bebas para remaja makin tahun bukannya berkurang, justru makin meningkat. Maka, ada dua poin penting yang harus digarisbawahi mengapa pergaulan bebas masih terus bertambah sekalipun ada upaya yang diklaim diharapkan bisa menurunkan angka pergaulan bebas di tengah-tengah remaja kita saat ini.
Pertama, solusi-solusi yang ditawarkan seperti sosialisasi kesehatan reproduksi (kespro) atau bahkan ada beberapa pihak lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan Komnas Perempuan yang sampai memperjuangkan hak perempuan. Apakah mereka mau melanjutkan kehamilan atau tidak. Kalau tak ingin melanjutkan kehamilan, diberikan fasilitas aborsi aman.
“Dari situ jelas terlihat jika solusi tersebut masih berlandaskan paham liberalisme, my body my authority,” terangnya.
Kedua, solusi yang ditawarkan selama ini tidak menggunakan nilai-nilai Islam sebagai pedoman hidup. Bagaimana seharusnya membimbing dan mengarahkan generasi agar menjadi generasi yang selamat dan shalihah.
“Maka dari itu, dengan kedua solusi yang dilakukan tersebut wajar jika tak berhasil, karena memang mindset kehidupan kita saat ini sedang dipimpin oleh paham sekularisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan,” tandasnya. [] Nurmilati
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat