Oleh: Ainun Dawaun Nufus (pengamat sospol)
Representasi perempuan di dunia politik masih dianggap minim. Bicara partisipasi politik perempuan tidak hanya tentang parlemen. Perempuan hari ini dituntut mampu melakukan suatu perubahan dan pembebasan atas segala belenggu sistem dan pemikiran eksploitatif yang negatif.
Perempuan hari ini menghadapi masalah serius, yaitu kejamnya eksploitasi ekonomi untuk menyambung hidup demi keluarganya akibat sistem ekonomi kapitalis yang gagal dan melahirkan kemiskinan massal. Kapitalisme hari ini memperlakukan kaum perempuan seperti komoditas ekonomi dan telah gagal menciptakan lapangan kerja yang memadai bagi kaum laki-laki di masyarakat agar bisa memelihara keluarga mereka dengan kecukupan.
Fakta gagalnya kebijakan ekonomi kapitalistik yang diterapkan di Indonesia telah mendorong jutaan rakyatnya pada belenggu kemiskinan dan menciptakan pengangguran besar bagi kaum lelaki, ini memicu banyaknya perempuan mencari pekerjaan ke luar negeri untuk bertahan hidup dan berpotensi menjadi jalan bagi eksploitasi ekonomi dan penganiayaan. Para perempuan Indonesia harus bekerja di luar negeri untuk membantu keuangan keluarga, meninggalkan anak-anak mereka, dan menyebabkan mereka harus mengkompromikan peran penting mereka sebagai ibu dan pemelihara generasi masa depan. Tingginya remitansi dari tenaga kerja wanita adalah bukan tanda keberhasilan pemerintah melainkan justru tanda kegagalan negara yang tidak mampu menyediakan kesejahteraan bagi perempuan, juga tidak mampu memberantas kemiskinan pada masyarakatnya.
Secara ekonomi, Negara-negara terkaya di dunia, seperti AS dan Inggris didapati ada jutaan rakyatnya tidak mampu memberi makan keluarga dan keluarganya sendiri. Banyak yang menilai kesenjangan ekonomi makin parah setelah sistem upah murah diterapkan dan tingginya harga makanan, perumahan dan harga-harga lainnya. Model pertumbuhan kapitalisme yang didorong oleh kapitalisme dibangun di atas keserakahan kaum kapitalis dan sistem perbankan ribawi telah menyebabkan ekonomi terus bergejolak dan juga telah menyebabkan krisis keuangan global, yang dampaknya terus menimpa banyak negara saat ini.
Para perempuan perlu menyadari bahwa sistem berbasis bunga yang tidak adil dalam mendistribusikan kekayaan telah menjerumuskan banyak individu ke dalam hutang yang melumpuhkan. Sistem pasar saham dan sistem perbankan ribawi dinilai para ekonom telah menyebabkan banyak ketidakstabilan ekonomi. Sistem perpajakan yang tinggi telah menjadi hambatan bagi bisnis dari banyak warga miskin. Dampak swastanisasi kebutuhan dasarnya, seperti migas, air dan listrik telah menyebabkan banyak warga kesulitan.
Pandangan kapitalistik telah mendehumanisasikan baik perempuan dan laki-laki menjadi sekedar komoditas ekonomi yang membawa keuntungan finansial untuk negara mereka tanpa mempedulikan dampak fisik dan mental yang berbahaya pada individu dan konsekuensi sosial yang merugikan terhadap unit keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Amerika menggunakan politik dan diplomasi untuk memicu konflik dan membawa ketidakstabilan ke seluruh dunia. Di banyak daerah konflik seperti Afghanistan dan Irak, perempuan dan anak-anak menjadi korban pertama. Dan pada saat ini, Barat tidak memperhatikan stabilitas global karena senjata pemusnah massal yang telah mereka ciptakan; Namun mereka berperilaku seolah-olah mereka ingin menyebarkannya melawan musuh mereka, tidak peduli seberapa besar kehancuran dan hilangnya nyawa anak-anak dan perempuan. Amerika adalah negara pendendam dan imperialis yang tidak pantas menjadi negara adidaya dunia. Bulan-bulan ini di Ghouta Timur menjadi tanah pertempuran besar yang penghuninya diserang secara brutal. Skenario Aleppo diulang, dan mengembalikan ingatan apa yang terjadi di Grozny?
Disamping masalah di atas, kita melihat para penguasa dan pemimpin intelektual yang gagal di dunia Muslim masih terus menjalankan sistem kapitalisme yang rusak ini untuk menjalankan negara mereka berdampak kehancuran ekonomi atas rakyat mereka. Para perempuan harus mengambil pelajaran dari kegagalan prinsip-prinsip kapitalis, sosialis dan semua sistem destruktif lainnya dalam mengelola ekonomi Negara. Kapitalisme menjadi ideologi yang secara konsisten menempatkan keuntungan materi korporat di atas kepentingan rakyat, dan menciptakan berbagai masalah keuangan di dalam keluarga.
Wahai muslimah di seluruh dunia Islam, saatnya mendukung kembalinya syariah Islam sebagai solusi alternatif yang menghentikan narasi kolonial. Kita semua butuh seorang pemimpin yang tulus, yang akan mengangkat beban ekonomi yang terlampau berat dari punggung-punggung umat Islam dan menempatkannya di atas bahunya yang kuat. Para perempuan sangat perlu berpartisipasi dalam politik pembebasan yang menjanjikan pahala besar dari Allah Swt, Sang Pencipta, dan mampu mentransformasikan kaum perempuan dari sekedar komoditi ekonomi menjadi kaum bermartabat, terhormat dan terlindungi, dimana di dalam Islam seorang perempuan akan mendapatkan itu semua. []