Perang Karabakh Berakhir, Armenia Tarik Mundur Pasukan dari Wilayah yang Diduduki

 Perang Karabakh Berakhir, Armenia Tarik Mundur Pasukan dari Wilayah yang Diduduki

Yerevan telah menandatangani kesepakatan yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri konfliknya dengan Baku atas wilayah Nagorno-Karabakh, dengan berkomitmen untuk menarik semua pasukannya dari wilayah yang diduduki dalam suatu langkah yang telah membuat marah rakyat Armenia yang menganggapnya sebagai “konsesi kekalahan”.

Tak lama setelah keluarnya pernyataan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan hari Senin malam (9/11), saat ia mengumumkan telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata, sejumlah besar pengunjuk rasa yang marah berdemonstrasi di Yerevan dan bahkan menyerbu gedung pemerintah Armenia.

Sementara Pashinyan, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata bukanlah “konsesi kekalahan”, namun Armenia secara luas diyakini telah mengakui kekalahan dalam konflik Karabakh.

Kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani oleh presiden Azerbaijan dan Rusia serta perdana menteri Armenia menyatakan bahwa “gencatan senjata menyeluruh diumumkan di zona konflik Nagorno-Karabakh mulai pukul 00:00 waktu Moskow pada tanggal 10 November 2020,” dan semua perseteruan berakhir sejak saat itu.

“Wilayah Aghdam dan wilayah yang dikuasai oleh pihak Armenia di wilayah Gazakh Republik Azerbaijan akan dikembalikan ke pihak Azerbaijan hingga tanggal 20 November 2020,” menurut perjanjian gencatan senjata tersebut.

Perdana menteri Armenia telah menyetujui bahwa negaranya akan mengembalikan wilayah Kalbajar kepada Republik Azerbaijan pada tanggal 15 November 2020, dan koridor Lachin pada tanggal 1 Desember 2020, saat meninggalkan koridor Lachin (dengan lebar 5 km), yang akan memastikan hubungan Nagorno-Karabakh dengan Armenia dan pada saat yang sama tidak akan mempengaruhi kota Shusha, yang baru-baru ini direbut kembali oleh pasukan Azerbaijan.

Mereka juga memutuskan akan membangun “komunikasi transportasi baru yang menghubungkan Republik Otonomi Nakhichevan dengan wilayah barat Azerbaijan.”

Ketiga pemimpin itu telah sepakat bahwa “kontingen penjaga perdamaian Federasi Rusia akan dikerahkan di sepanjang wilayah kontak senjata di Nagorno-Karabakh dan di sepanjang koridor Lachin, dengan 1.960 prajurit dengan senjata ringan, 90 pengangkut personel lapis baja, 380 unit mobil dan peralatan khusus. ”

“Kontingen penjaga perdamaian Federasi Rusia dikerahkan secara bersamaan dengan penarikan angkatan bersenjata Armenia. Kontingen penjaga perdamaian Federasi Rusia akan tetap berada di situ selama 5 tahun, dengan perpanjangan otomatis untuk periode 5 tahun berikutnya, jika tidak ada pihak yang menyatakan 6 bulan sebelum berakhirnya periode tersebut berniat menghentikan penerapan ketentuan ini, ” bunyi kesepakatan itu.

“Untuk meningkatkan efektivitas pengawasan atas implementasi kesepakatan oleh pihak-pihak yang berkonflik, akan didirikan pusat penjaga perdamaian untuk mengawasi gencatan senjata.”

Dalam tiga tahun ke depan, rencana untuk pembangunan rute lalu lintas baru di sepanjang koridor Lachin akan ditentukan, menyediakan komunikasi antara Stepanakert dan Armenia, dengan penempatan kembali kontingen penjaga perdamaian Rusia untuk melindungi rute ini, kata perjanjian gencatan senjata itu.

Republik Azerbaijan menjamin keselamatan lalu lintas di sepanjang koridor Lachin bagi warga negara, kendaraan dan barang di kedua arah.

Ketiga pemimpin itu juga setuju bahwa “penduduk yang mengungsi dan para pengungsi dalam negeri kembali ke wilayah Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya di bawah kendali Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi.”

Mereka selanjutnya memutuskan untuk melakukan pertukaran tawanan perang dan orang-orang lain yang ditahan serta jenazah korban perang.

“Semua jaringan ekonomi dan transportasi di wilayah tersebut tidak diblokir. Republik Armenia menyediakan jaringan transportasi antara wilayah barat Republik Azerbaijan dan Republik Otonomi Nakhichevan untuk mengatur pergerakan warga negara, kendaraan dan barang di kedua arah tanpa hambatan. Kontrol atas komunikasi transportasi dilakukan oleh badan-badan Layanan Perbatasan FSB Rusia, ”kesepakatan itu menambahkan.

Pasukan Turki akan bergabung dengan misi penjaga perdamaian Rusia

Tidak lama setelah pengumuman kesepakatan gencatan senjata itu, Presiden Azeri Ilham Aliyev menghadiri konferensi pers dan meberikan “selamat” karena berakhirnya perang Karabakh.

“Hari ini saya menandatangani perjanjian ini dengan bangga! Selamat kepada rakyat Azerbaijan!” kata Presiden Azeri.

Dia mengatakan pihak-pihak yang bertikai mencapai penyelesaian di wilayah yang disengketakan, untuk memenuhi kepentingan rakyat Azerbaijan dan Armenia.

Pada saat yang sama, dia mengatakan bahwa perdana menteri Armenia belum menandatangani perjanjian tersebut karena dia menginginkannya.

“Dia menandatanganinya karena kami memaksanya untuk melakukan hal itu,” kata Aliyev sambil menunjukkan tinjunya.

Karena kesepakatan ini, kami akan mengembalikan wilayah kami tanpa pertumpahan darah lebih lanjut, “tambahnya.

“Kami akan menuntut balas bagi para korban perang Khojaly. Kami menuntut balas para martir kami,” tambahnya, sambil membual untuk memenuhi janjinya merebut kembali Karabakh.

“Pashinyan seharusnya memikirkan hari ini saat dia menari sambil mabuk di Shusha. Saya telah mengatakan hal itu dan kita akan kejar mereka seperti mengejar anjing dan sekarang kita melakukannya. Semua orang melihat tangan besi kami. Dan kami melakukannya dengan luar biasa. ”

Dia mengatakan dia bisa saja membuat Pashinyan untuk datang ke Baku dan menandatangani perjanjian di depannya, namun dia tidak suka untuk mempermalukan siapa pun.

Aliyev juga berterima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan diperkirakan akan membuat marah rakyat Armenia, dan menyatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian Turki dan Rusia akan dikerahkan di wilayah tersebut.

Penduduk lokal di Yerevan berteriak “Malulah kamu” karena kesepakatan antara Rusia, Armenia dan Azerbaijan untuk memindahkan pasukan Armenia dari Karabakh.
– CaucasusWarReport (@Caucasuswar) 9 November 2020

Meskipun perjanjian tersebut telah membuat marah rakyat Armenia, hal itu diharapkan dapat meningkatkan kekhawatiran regional tentang transfer teroris yang didukung Turki dari Suriah ke Karabakh dan sekarang menjadi Republik Otonomi Nakhichevan, yang akan dihubungkan dengan Republik Azerbaijan melalui sebuah koridor.[]

Sumber: presstv.com

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *