Mediaumat.info – Pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan bahwa selangkah lagi akan menuju Perang Dunia Ketiga ditanggapi oleh Pengamat Politik Internasional Dr. Hasbi Aswar sebagai bumbu saja.
“Saya kira ini adalah bagian dari bumbu-bumbu saja dalam peperangan yang terjadi sejak dua tahun terakhir ini,” ucapnya di Kabar Petang: Putin akan Tembak Nuklir ke Tiga Negara, Ciyuss? melalui kanal YouTube Khilafah News, Kamis (28/3/2024).
Ia beralasan, definisi perang dunia itu ketika melibatkan negara lintas benua, dan berdampak juga lintas benua.
“Perang Rusia-Ukraina ini kan sampai hari ini masih terbatas di wilayah Eropa Timur saja. Jadi saya kira pernyataan itu hanyalah pernyataan politik saja yang tidak memiliki potensi dampak yang akan terjadi seperti yang disampaikan,” jelasnya.
Menggertak
Terkait penggunaan senjata nuklir, Hasbi menilai, ini hanya untuk menggertak saja.
Ia beralasan, senjata nuklir itu ketika dipakai tidak akan membedakan lagi siapa yang boleh dibunuh dan tidak boleh dibunuh, sementara perang itu tujuannya untuk mendapatkan kepentingan politik.
“Kalau bom nuklir ditembakkan ke Ukraina misalnya, yang terdampak bukan hanya Ukraina tetapi bisa menjadi malapetaka kemanusiaan. Putin tidak akan seberani itu!” yakinnya.
Jika itu terjadi, lanjutnya, maka negara penyokong Ukraina bisa melakukan hal yang sama, dan ini pasti masuk dalam kalkulasi Putin.
“Di internal Rusia sendiri masyarakatnya banyak yang menentang kebijakan Putin dua tahun terakhir. Jika Putin menggunakan nuklir, saya kira masyarakat akan semakin berontak karena yang akan kena dampaknya masyarakat juga,” prediksinya.
Ia menegaskan, bicara nuklir itu bukan masalah Rusia berani atau tidak, tetapi bicara nuklir itu akan menghancurkan semuanya, lingkungan tercemar, manusia yang tidak menjadi korban pun akan terkena dampak rekayasa genetika.
“Ini terjadi di Irak, setelah perang Irak ada banyak kelainan genetik yang terjadi pada anak-anak yang baru lahir. Ada yang berkepala dua, ada yang jarinya hilang dan sebagainya,” ucapnya mencontohkan.
Hasbi menilai, perang Rusia-Ukraina ini merupakan bagian dari strategi Barat untuk melemahkan kekuatan Rusia dengan cara menyibukkan Rusia, menguras energinya untuk menyelesaikan masalah di ‘halaman’nya sendiri.
“Ini akan membuat Rusia tidak bisa menjadi pemain global yang tangguh,” ujarnya.
Islam
Terkait pengembangan nuklir, Hasbi membandingkan antara negara sekuler dengan negara Islam.
“Riset tentang senjata itu dilakukan terus menerus. Yang menjadi problem itu kan ketika negara yang melakukan perlombaan senjata itu negara-negara yang sekuler, pragmatis, materialistis, maka penggunaan senjata canggih itu hanya untuk kepentingan-kepentingan materi mereka, sehingga ketika terjadi perang atau konflik, masyarakat juga yang harus menanggung akibatnya, bebannya,” jelasnya.
Ia menambahkan, biasanya perang-perang dalam konteks modern sekarang itu hanya untuk kepentingan elite politik atau pengusaha.
“Islam tidak menginginkan hal tersebut. Kalau dalam Islam, kaum Muslim juga berkewajiban menjadikan negaranya sebagai negara terkuat. Jika ada senjata nuklir, kita harus mengejar itu sampai musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kaum Muslim itu takut. Ini standarnya!” terangnya.
Meski demikian, lanjutnya, dalam sejarah umat Islam walaupun umat Islam memiliki kekuatan senjata yang paling canggih, superpower, tetapi tidak digunakan untuk melakukan penjajahan, tidak digunakan untuk melakukan eksploitasi, pembantaian, genosida.
“Senjata canggih digunakan untuk melakukan futuhat, liberasi atau pembebasan kepada wilayah-wilayah yang terjajah kemudian mereka diatur oleh Islam. Masyarakatnya kemudian mendapatkan keadilan, kesejahteraan, keamanan,” bangganya.
Hasbi berharap tatanan dunia ke depan berlandaskan Islam yang tujuannya untuk menciptakan kebaikan-kebaikan di tengah-tengah umat manusia.
“Bukan Rusia, bukan Amerika Serikat, atau rezim-rezim internasional yang ada sekarang,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat