Penulis Naskah JKDN 2: Keterkaitan Umat Islam di Indonesia Sangat Dalam dengan Kekhilafahan

Mediaumat.id – Penulis Naskah JKDN 2 Nur Fajaruddin menyebut dalam pembuatan film dokumenter sejarah Islam Jejak Khilafah di Nusantara 2 terungkap keterkaitan umat Islam di Nusantara dengan Khilafah itu sangat dalam.

“Keterkaitan umat Islam di Nusantara khususnya di Indonesia itu sangat dalam,” ujarnya dalam Live Talk JKDN Show sesaat sebelum pemutaran premier JKDN 2, Rabu (20/10/2021) secara daring.

Buktinya, lanjut Fajar, begitu sapaan akrabnya, banyak sekali legenda-legenda, cerita, atau dongeng yang sangat erat kaitannya dengan Utsmani, dan Kekhalifahan Utsmani.

Banyak sekali daerah yang yag mengungkap keterkaitan tersebut seperti syair-syair di Aceh yang menyebut Rum (sebutan Kekhilafahan Utsmani).

“Misalnya di Aceh, di Gayo, ada syair-syair yang menungkapkan tentang Rum, di Minangkabau, di Riau juga ada, di Jawa juga ada kisah Aji Soko yang dikirim oleh Sultan al-Ghaba Saka Ngerum, di Buton Sulawesi ada Lakinarungi. Saat itu adalah sebutan Sultan atau Khalifah yang berkedudukan di Konstantinopel atau Istanbul. Karena salah satu gelarnya Khalifah di masa Utsmani adalah Sultan Rum,” ungkap Fajar.

Namun jika fakta sejarah itu tidak bisa ditemukan memang karena di Indonesia sejarahnya itu dibuat lebih sederhana.

“Tapi sering kalau tadi bahasanya ada sejarah yang dikaburkan dan dikuburkan, saya kemudian menambahkan sejarah kita ini dibikin simpel, sederhana. Jadi kalau kita bahas di buku sejarah dari titik satu ke titik yang lain kita tidak pernah diberitahu sebenarnya di Aceh ada cerita yang berbeda,” kata Fajar.

Lalu, ungkap Fajar, rumitnya jaringan antar kesultanan di Nusantara dahulu juga menjadi pengaruh besar kenapa sejarah seperti yang diungkap di film JKDN 2 ini tidak ditemukan.

“Kemudian kerumitan jaringan antar kesultanan di Nusantara, jaringan ulama, bahkan kita tahu bahasa yang dipakai di wilayah kesultanan, di wilayah Asia Tenggara, Muslim di Malaysia, Singapura, di Brunei Darussalam, di Thailand, di Filipina,” cerita Fajar.[] Fatih Solahuddin

Share artikel ini: