Berita:
Departemen Pertahanan AS (Pentagon) telah mengumumkan emberikan izin kepada perusahaan Boeing Amerika untuk melakukan dua kontrak senilai lebih dari dua miliar dolar untuk memasok lebih dari seribu rudal udara-ke-permukaan dan rudal anti-kapal ke Arab Saudi. Seminggu sebelumnya, pemerintah Amerika mengkonfirmasi laporan media bahwa Washington sedang dalam proses menarik dua baterai rudal Patriot dari Arab Saudi yang mereka kirim setelah serangan terhadap instalasi minyak Saudi tahun lalu, di samping pesawat tempur dan personil militer Amerika(al-Jazeera).
Komentar:
Pertama: Menteri Keuangan Saudi Muhammad Jadaan mengumumkan pada akhir Maret 2020 tentang pemangkasan belanja publik sekitar 13,3 miliar dolar AS disebabkan penurunan harga minyak dan dampak negatif krisis Corona. Di samping juga telah dilakukan pengurangan lainnya terhadap belanja publik pada Mei 2020 dalam situasi diprediksi terjadi kontraksi ekonomi Arab Saudi sebesar 2,3 persen.
Terjadi defisit pada kuartal pertama tahun 2020 sekitar 34 miliar Riyal, bersamaan dengan adanya penurunan pendapatan publik sekitar 22 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dan pada periode yang sama, belanja publik meningkat 4% dibanding periode yang sama tahun lalu. Yang mencolok dalam angka rinci capaian anggaran Saudi untuk kuartal pertama tahun 2020 adalah adanya belanja militer yang meningkat 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu! Namun yang paling serius adalah penurunan belanja untuk kesehatan dan pembangunan (sosial) sebesar 13% pada saat Arab Saudi menghadapi beban kesehatan di tengah wabah Corona. Indeks utang publik mencapai 732 miliar Riyal (195 miliar dolarAS) pada akhir Maret 2020 (al-Jazeera).
Kedua, di tengah penderitaan kawasan akibat instabilitas ekonomi dan politik, Arab Saudi mengumumkan proyek NEOM dengan investasi diperkirakan senilai 500 miliar Dolar.
Ketiga, dampak hal itu bagi masyarakat: belanja untuk masyarakat turun menjadi 3,4 miliar Riyal dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunannya mencapai 66%. Penurunan belanja untuk tunjangan hidup sebesar 25% pada periode yang sama. Dan sudah diketahui bahwa Pemerintah menetapkan sejumlah pajak, dengan menaikkan pajak pertambahan menjadi dua kali lipat, dan menghentikan kompensasi kenaikan biaya hidup yang ditetapkan sebelumnya dari gaji pegawai negeri, angkat tangan dari subsidi, dan menaikkan harga barang dan jasa.
Keempat, Arab Saudi mengubah kebijakan keuangan untuk mengadopsi pembiayaan dengan utang, baik untuk menutup defisit anggaran atau pembiayaan investasi publik. Akhirnya kita banyak mendengar rasio utang publik terhadap PDB dan bahwa pelaksanaan prinsip keberlanjutan utang mejamin Arab Saudi untuk memeroleh lebih banyak utang dari luar negeri dan daam negeri. Prinsip keberlanjutan utang ini berarti bahwa negara dapat membayar beban utang berupa cicil dan bunga secara teratur tanpa terlambat membayar. Ini di bawah kondisi tidak adanya pemaparan pandangan atau jadwal yang jelas penggunaan dan pembayaran utang-utang ini, satu perkara yang memperingatkan utang itu akan membebani masyarakat dan generasi mendatang. Menurut dokumen Kementerian Keuangan, jumlah utang publik sebesar 142,2 miliar Riyal pada akhir tahun 2015 yakni 5,8% dari PDB. Itu hanya utang dalam negeri saja. Dan pada akhir tahun 2019, tota utang menjadi 677,9 miliar Riyal atau 24,1% dari PDB. Utang publik naik empat kali lipat dalam periode ini baik dari sisi angkanya maupun hubungannya dengan PDB. Utang luar negeri menjadi 45% dari total utang. Pada tahun 2020, volume utang publik mencapai 848 miliar Riyal, meningkat 25% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kelima: “Jika perkar aitu diserahkan bukan kepada ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. Pada 2018 Masayoshi Son, direktur dari grup “Softbank“ Jepang mengungkap tentang caranya meyakinkan Putera Mahkota Saudi Muhammad bin Salman, dengan investasi 45 miliar Euro di Vision Fund for Technology. Di dalam sebuah wawancara televisi pada program Amerika David Rubenstein (Bloomberg TV), penyiar bertanya kepada Masayoshi Son bagaimana ia berhasil meyakinkan Ibn Salman untuk menginvestasikan 45 miliar dalam satu jam saja, Masayoshi Son pun memotongnya dengan mengatakan, “ucapan Anda satu jam saja tidak akurat, hanya butuh 45 menit saja, Saya meyakinkannya dengan 45 miliar “.
Pada tahun 2016 dalam sebuah wawancara dengan majalah ”Bloomberg “ pada bulan April, penasihat keuangan senior Pangeran Muhammad bin Salman berbicara tentang realitas suram bahwa negara membuang 100 miliar dolar setiap tahun dalam belanja tahunan yang tidak efektif dan kontrak-kontrak komersial yang tidak jelas standarnya. Dia menambahkan bahwa situasi akan memburuk dengan berakhirnya tahun 2018” kecuali jika langkah besar diambil untuk mengubah jalannya perkara.
Menurut informasi yang dikumpulkan oleh US Security Aid Observatory (SAM), Amerika Serikat telah menyelesaikan kontrak senilai 45,13 miliar dolar dalam penjualan senjata dan pelatihan dengan Saudi, dan sekitar14 miliar dolar dengan UEA sejak perang di Yaman dimulai.
Agresi terhadap Yaman itu telah menyebabkan hancurnya 173 fasilitas universitas, 1337 masjid, 357 fasilitas wisata dan 385 fasilitas pusat kesehatan. Jumlah fasilitas ekonomi yang hancur dan rusak akibat agresi mencapai 21.461 fasilitas ekonomi. Juga ada fasilitas yang rusak dan hancur sebanyak 351 pabrik, 286 kapal tanker, 1.091 fasilitas komersial dan 394 peternakan ayam dan ternak. Selain itu juga terjadi penghancuran 6.404 alat transportasi, 459 kapal nelayan, 866 toko makanan, 387 SPBU, 668 pasar, dan736 truk makanan.
Namun, alih-alih menghentikan perang di Yaman, yang memiliki tagihan jauh lebih dari dari 175 juta dolar perbulan, dan bukannya menghentikan pemborosan uang yang dihabiskan untuk keluarga kerajaan. Contohnya, penjualan satu juta barel minyak per hari (10% dari produksi) dialokasikan untuk lima atau enam pangeran menurut Wikileaks, dan Muhammad bin Salman membeli kapal Yacht senilai 550 juta dolar menurut New York Times. Sementara ia mempromosikan penghematan dan visi 2030. Pemerintah Saudi memotong belanja pemerintah dengan mencabut subsidi atas barang dan layanan sehari-hari seperti energi, air dan bahan bakar, dan dengan mengurangi pengeluaran untuk gaji. Hal itu berarti bahwa orang kehilangan pekerjaan atau insentif keuangan mereka.
Kebingungan besar dalam mengelola perekonomian yang mengapung di lautan minyak, dan menghasilkan sekitar sepuluh juta barel per hari, dan sumber daya besar lainnya seperti Haji, Umrah dan sumber daya alam, dan populasinya sekitar 24 juta jiwa. Meski demikian, Saudi terjun dalam perang di Yaman yang menyedot dananya dan menghancurkan tetumbuhan dan manusia di Yaman. Juga tenggelam dalam keterpurukan ekonomi di dalam negeri melalui gelombang kebangkrutan perusahaan dan penangkapan pengusaha. Sampai kapan wahai Ummat Islam, kekayaan dan keputusan politik Anda yang tidak mengarah kecuali hanya ke arah bencana, perang, kehancuran, dan subordinasi tunduk pada perintah Gedung Putih di tangan para ruwaibidhah yang mengokohkan Amerika dan menjadikan kaum Muslim hidup di dalam kemiskinan, perang, kesempitan hidup, dan membayar pajak pengkhianatan para penguasa mereka.?!
Ditulis oleh Tsair Salamah (Abu Malik) untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir