Penjajah yang Disambut
Oleh: EL Candra – Ketua XBank
Sebagai negara yang pernah lebih dari 350 tahun dijajah, kita sangatlah membenci penjajah.
Di masa penjajahan, kita tidak bisa mengatur diri kita sendiri, bahkan kita yg diatur. Bila kita melanggar aturan maka kita harus siap menerima sanksi yang tidak manusiawi sekalipun. Bila kita melawan aturan maka kita harus siap dengan resiko lebih besar lagi.
Di masa perang kemerdekaan dulu sangat mudah untuk mengenali para penjajah, karena mereka merebut kemerdekaan kita dengan cara pemaksaan, kekerasan, penyiksaan, pembunuhan, dll. Menyebabkan betapa benci nya kita dengan mereka.
Namun penjajah di masa sekarang berbeda, mereka sudah tidak lagi memaksakan kehendak dengan senjata, mereka membawa impian, gaya hidup, gengsi, konsumerisme. Di mana membuat kita menjadi sulit sekali untuk membenci nya.
Bahkan mereka masuk seolah sebagai dewa penolong yang siap membantu dengan bantuan finansial berupa dana kredit/hutang untuk membiayai kebutuhan2 di atas, tapi sebenarnya mereka sedang memasukkan RIBA ke dalam kehidupan kita.
RIBA …inilah penjajahan gaya baru.
Bila inti dari penjajahan itu adalah hilangnya kemerdekaan, maka coba cermati orang-orang yang terlilit Riba…apakah masih merasa merdeka hidup mereka ?
Dengan bersenjatakan Riba inilah mereka “menembak” kita satu persatu, anehnya saat “peluru” riba itu masuk ke kita seolah kita tidak merasakan sakit apa-apa bahkan yang terasa adalah kesenangan sesaat, wajar kira nya banyak diantara kita malah yang minta “ditembak”.
Hebat nya penjajah jaman sekarang, menjajah tanpa disadari oleh yang dijajah, bahkan kadang yang dijajah akan membela mati-matian si penjajah nya.
Dan si Penjajah bukan hanya ingin menguasai satu per satu penduduk dari satu negara, tapi juga mereka ingin menguasai negara nya, dengan “menembak” negara tersebut melalui para pemimpin nya dengan Riba.
Namun tetap saja akibat dari penjajahan adalah hilangnya kemerdekaan, kalau kita pengusaha, dalam kita menjalankan usaha sudah tidak lagi seperti dulu sebelum dijajah, dimana prioritas utama dari hasil usaha kita adalah untuk si penjajah terlebih dahulu (angsuran), si penjajah tidak mau tahu apakah usaha itu untung atau rugi, bahkan kita pun tetap harus mendahulukan membayar kewajiban ke si penjajah walaupun harus sampai mengorbankan pembayaran gaji ke pegawai kita karena membayar kewajiban ke penjajah itu adalah suatu hal yang lebih wajib. Kalaupun usaha kita rugi, buat si penjajah itu terjadi karena kebodohan kita dalam menjalankan usaha, bukanlah kesalahan si penjajah.
Bila kita tidak bisa lagi membayar kewajiban ke si penjajah, maka siap2 lah kita akan kehilangan sesuatu, mulai dari kehilangan aset bahkan tanah air kita ini sedikit demi sedikit bisa dikuasai oleh si penjajah dengan alasan kita wanprestasi, bahkan si penjajah saat ini sudah mulai memasuki area harga diri kita untuk menekan kita agar membayar kewajiban kita, mereka siap mempermalukan kita di depan umum.
Kalau dulu para penjajah datang dengan menembakkan timah panas sehingga kita bisa terluka dan mati, sekarang mereka datang dengan membawa uang dan kesenangan yang dibungkus dalam gaya hidup yang bukan hanya berakibat pada kesulitan kehidupan kita di dunia tapi juga kesulitan dalam kehidupan kita di akhirat karena ada Riba di dalamnya.
Kalau dulu Penjajah kita sambit,
sekarang Penjajah kita sambut.
Semoga ALLAH segera menyadarkan kita akan bahayanya riba…aamiin.[]