Penguasa Plonga-Plongo Jelas Unfaedah

Oleh Fajar Kurniawan (analis senior PKAD)

Pemimpin busuk akan membuat pemerintahan busuk yang pasti akan melahirkan penderitaan dan kezaliman yang berkepanjangan bagi rakyatnya. Pemimpin baik akan membuat pemerintahan baik yang pasti akan melahirkan keadilan dan keamanan bagi rakyatnya.

Popularitas Jokowi sudah redup. Padahal Jokowi baru saja memerintah. Tapi tanda-tanda pemerintahannya sudah mulai diragukan. Bisa menyelesaikan masalah-masalah yang sekarang membelit Indonesia. Banyak masyarakat yang pesimis dengan pemerintahan Jokowi. Jokowi dianggap tidak jujur atau konsisten (istiqomah) dengan apa yang diucapkannya.

Jokowi gembar-gembor revolusi mental, sementara Nabi Shallahu alaihi wassalam tidak pernah berbicara tentang revolusi mental. Nabi Shallahu alaihi wassalam tidak pernah dikampanyekan tentang sifat-sifat yang dimilikinya. Nabi hanya beramal (berbuat) sesuai antara yang diucapkan oleh lisannya dengan amalnya (perbuatannya). Tidak pernah menyelisihi antara apa yang diucapkan dengan apa yang diamalkan.

Nabi Shallahu alaihi wassalam, takut dengan penyakit ‘nifaq’ (munafiq), karena beliau tahu ancamannya, yaitu ‘darqil aspal minan naar’ (di kerak neraka). Allah Ta’ala membenci terhadap orang-orang yang mengatakan, tapi tidak mengamalkannya. Karena itu, Nabi Shallahu alaihi wassalam, tidak memerintahkan kepada para shahabat atau kaumnya, kecuali terlebih dahulu beliau dengan memberikan tauladan. Dengan tauladan itu, bangsa Arab yang jahiliyah itu, memancar peradaban yang mulia, dan terus menyinari kehidupan umat manusia, sampai akhir zaman.

Tentu, tidak boleh membuat padanan antara Nabi Shallahu alaihi wassalam dengan Jokowi. Tidak bermaksud seperti itu. Tapi, sifat-sifat Nabi Shallahu alaihi wassalam yang mulia, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fathonah itu, sejatinya harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Dengan sifat-sifat itu akan berhasil mengubah rakyat dan bangsanya.

Masalah lainnya adalah masalah bawaan demokrasi, rumitnya memilih seorang pemimpin (Kepala Negara) di dalam sistem Demokrasi saat ini adalah hal yang biasa terjadi, untuk memilih seorang Pemimpin/Presiden dilakukan beberapa langkah terlebih dahulu salah satunya diadakan acara Debat pilpres yang acaranya di adakan secara langsung oleh stasiun televisi tujuannya adalah agar rakyat mengetahui visi misi dari calon pemimpin yang akan mereka pilih nanti.

Untuk kesekian kalinya negeri ini melakukan pergantian pemimpin tujuannya untuk membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju lagi serta mensejahterakan rakyat, selalu kata-kata itu yang digunakan oleh calon pemimpin ketika mereka melakukan kampanyenya. Janji-janji itu yang sering terlontar ketika mereka mencalonkan diri menjadi Presiden justru sering tidak terpenuhi ketika mereka sudah menjabat. Contoh saat ini saja pemimpinnya, dulu ketika mencalonkan  banyak sekali mengobral janji namun kita bisa merasakan janji tersebut, apakah sudah terealisasi?

Saat ini kita bisa merasakan kondisi keadaan masyarakat menengah ke bawah saat ini susahnya luar biasa tingkat kemiskinan bertambah, tingkat kejahatan semakin menjadi itu karena sistem ekonomi yang carut marut yang tengah dialami oleh rakyat, sulitnya mencari pekerjaan,seharusnya itu tidak terjadi di negara kita yang sangat kaya sumber daya alamnya namun faktanya sekarang masyarakat justru banyak yang melarat di negeri sendiri. Ibarat “tikus mati di lumbung padi”.

Umat sudah lelah dipimpin oleh penguasa busuk, yaitu mereka yang meyakini pemisahan agama dari pengaturan kehidupan publik (sekularisme). Dia mengimani kewajiban shalat atau puasa ramadhan, namun mengingkari kewajiban menerapkan syariat dalam pemerintahan, ekonomi, politik luar negeri, dsb. Inilah politisi sekular yang sekalipun mengaku Muslim (dan mungkin juga masih melakukan aktivitas ritual), namun ibadahnya tidak berpengaruh pada sikap, ucapan, dan perbuatannya terhadap manusia lain. Allah berfirman (artinya):

Apakah kamu mengimani sebagian dari al-Kitab dan mengingkari sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi yang berbuat demikian melainkan kenistaan di dunia dan pada Hari Kiamat mereka dikembalikan pada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat. (QS al-Baqarah [2]: 85).

Sebaliknya umat butuh penguasa yang adil, pemimpin yang baik (Kepala Negara) adalah pemimpin yang sederhana, jujur,baik,cerdas dan amanah dengan begitu rakyatnya akan sejahtera,sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur,korup, serta menzalimi rakyat maka rakyatnya akan sengsara.

Berbeda dengan sistem yang diterapkan dalam sistem Islam, ketika mengangkat seorang pemimpin (Kholifah) dilakukan secara hati-hati.Dalam Islam mengangkat pemimpin itu dikembalikan kepada hukum syara’ yakni seseorang yang mampu menerapkan syariah di dalam negara kekhilafahan, maka di lakukanlah pembaitan kepada calon Kholifah tersebut.

Di jaman ke Khilafahan dulu seseorang yang senantiasa diangkat menjadi seorang pemimpin mereka banyak yang memiliki rasa takut, takut tidak bisa mensejahterakan rakyat dan cenderung diam dalam arti tidak banyak bicara. Terlebih mengobral janji karena pemimpin yang lahir dalam peradaban Islam adalah seseorang yang tidak hanya tau urusan seputar di dunia saja, akan tetapi mereka mengetahui serta yakin bahwa segala sesuatu yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.[]

Share artikel ini: