Dengan Parahnya Kegagalan Penguasa Negara-Negara Ath-Thouq, Washington Sedang Mempertimbangkan untuk Memainkan Peran Penting bagi Masa Depan Gaza
Pada 24/05/2024, kantor berita Anadolu menerbitkan berita yang menyatakan bahwa surat kabar Amerika Politico (23/5) melaporkan: “Pemerintahan Presiden Joe Biden sedang bersiap untuk memainkan peran ‘penting’ di Jalur Gaza setelah perang, dengan mempelajari beberapa skenario, termasuk menunjuk penasihat sipil Amerika dan membentuk pasukan penjaga perdamaian.”
Politico mengatakan bahwa “Gagasan tersebut disebutkan dalam dokumen rahasia Departemen Luar Negeri yang menguraikan bagaimana AS dapat membantu menstabilkan Gaza setelah gencatan senjata.”
Surat kabar Amerika itu mengutip dari 4 pejabat Amerika yang tidak disebutkan namanya karena sensitifnya masalah ini, mengatakan bahwa “Pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan beberapa rencana untuk menangani masa depan Gaza setelah perang, termasuk menunjuk seorang pejabat Amerika untuk menjadi kepala penasihat sipil bagi pasukan yang sebagian besar adalah warga Palestina, dan bermarkas di Sinai, Mesir atau Yordania, serta membentuk pasukan penjaga perdamaian.”
“Ini adalah bagian dari rencana Amerika Serikat untuk memainkan peran ‘penting’ dalam menarik Gaza keluar dari kekacauan,” ungkap mereka.
Mereka menekankan bahwa “gagasan penasihat sipil tersebut merupakan salah satu skenario yang dibahas dan berkaitan dengan sehari setelah perang, juga mencakup skenario yang berfokus pada pengembangan perekonomian Jalur Gaza dan membangun kembali kota-kota yang hancur.”
**** **** ****
Amerika menyebut negara-negara yang diperintah oleh rakyatnya sendiri menjadi kacau, sedang negara-negara yang diperintah oleh Amerika cenderung stabil. Sepertinya mereka melupakan kondisi Afghanistan pada masa pemerintahan Amerika dan antek-anteknya.
Dengan banyaknya antek di otoritas Ramallah dan dinas keamanannya, serta di negara-negara ath-thouq (kelompok negara sekitar Israel, yaitu: Mesir, Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina), para pejabat ini mengatakan bahwa “penasihat sipil akan berkantor di wilayah tersebut dan akan bekerja sama dengan komandan pasukan yang akan bertugas, apakah orang Palestina atau dari negara Arab.”
Semua skenario sedang dibuat di Washington untuk memilih yang terbaik melalui koordinasi dengan orang-orang Yahudi, sedang para penguasa negara-negara ath-thouq tidak lebih dari seorang pelayan yang hanya mempertahankan statusnya selama beberapa dekade (alraiah.net, 29/5/2024).
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat