Pengamat: Tumben-tumbennya PDIP Kritisi Kebijakan

 Pengamat: Tumben-tumbennya PDIP Kritisi Kebijakan

Mediaumat.id – Menyoroti kritikan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto terkait kebijakan food estate, Pengamat Politik Rif’an Wahyudi menyatakan tumben.

“Kita agak heran ya, tumben-tumbennya PDI Perjuangan itu mengkritisi kebijakan dari beberapa kebijakkan yang baru lalu ya,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Anomali PDIP Mulai Berwajah Oposisi? di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (24/8/2023).

Ia menilai kritik tersebut hanya sebatas pencitraan saja. “Kalau tadi dikatakan sebagai partai oposisi, ya hendaklah lebih banyak pada pencitraan,” tuturnya.

Ia juga beranggapan bahwa dalam masa copras-capres ini yang kurang dari beberapa bulan saja, semua kebijakan termasuk pernyataan dari praktisi parpol itu dimaknai syarat dengan kepentingan politik.

Dalam kerangka copras-capres tadi yang semula berteman kemudian jadi berseberangan, lanjutnya, “Bagaimanapun sebelumnya, bagi masyarakat itu ya tidak percaya, dengan manuver apa yang disampaikannya,”imbuhnya.

Hal ini ia ungkapkan karena dalam politik ada adagium “Tidak ada teman atau lawan yang abadi yang ada itu adalah kepentingan yang abadi.”

Ia juga mengatakan, saat ini praktisi parpol sedang musim kutu loncat.

“Aroma copras-capres ini manjadikan yang semula adalah satu rumpun, ya partai merah PDI Perjuangan ditambah dengan Istana begitu, kalau kita menyebut yang dulunya itu mencalonkan yang sekarang beralih untuk mencalonkan Pak Prabowo, dalam artian sesuai dengan kepentingan, ya ada,” bebernya.

Pragmatisme Politik

“Tentang pragmatisme politik memang pada akhir dasawarsa itu kan atas nama apa lembaga survei itu juga begitu, untuk partai yang berasaskan ideologis itu enggak laku. Sehingga silahkan untuk beramai-ramai untuk adu program, adu rekam jejak, dan seterusnya. Itu yang sebetulnya ini akhirnya memberikan peluang kepada politik transaksional,” bebernya.

Ia juga menilai masyarakat sudah terpengaruh juga dengan pragmatisme bahkan mau memakan uang serangan fajar.

“Termasuk masyarakat pun tidak lepas ya, bahkan terhinggapi dengan pragmatisme bahkan lebih kasar lagi, mereka mau makan serangan fajar tadi ya, kalau sekarang mungkin 100.000-an minimal ketika harus melakukan pilihannya,” pungkasnya.[] Teti Rostika

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *