Mediaumat.info – Seruan negara-negara Arab dan negara-negara mayoritas berpenduduk Muslim lainnya agar memberikan sanksi keras kepada entitas penjajah Zionis Yahudi sebagai respons kejahatan perang yang dilakukan pasukan Zionis di Gaza, Palestina di Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Negara Arab-Muslim yang membahas situasi Gaza di Riyadh pada Ahad (28/4) dinilai hanya tetorika dan fatamorgana.
“Menurut saya retorika mengandung fatamorgana. Publik di seluruh dunia melihat bagaimana Amerika datang dengan armadanya, presidennya, dan para menterinya untuk bersatu dengan entitas tersebut, didukung oleh Eropa termasuk Inggris,” tutur Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin kepada media-umat.info, Jumat (3/5/2024)
Di sisi lain, kata Umar, penguasa kaum Muslim meninggalkan saudara-saudara mereka di Gaza sendirian untuk melawan kaum Zionis Yahudi yang di belakang mereka ada kapitalis Barat yang begitu membenci Islam.
“Umat Islam saat ini tidak memerangi koalisi penjajah dengan segala kekuatan dan kemampuannya, namun membiarkan kelompok pejuang yang sedikit jumlah dan perlengkapannya untuk menghadapi peperangan yang sengit sendirian,” ujarnya.
Yang lebih gila lagi, Umar melihat para penguasa Muslim, alih-alih mereka mengirimkan pasukannya untuk membela saudara-saudara mereka di Palestina, justru mereka bekerja secara diam-diam dan terbuka untuk membendung para pejuang, dan mengarahkan mereka ke jalan yang lebih gelap dan zalim daripada menghadapi perang sengit yang terus berlanjut dalam membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua, serta menghancurkan sekolah-sekolah, masjid-masjid, dan rumah-rumah.
Omong Kosong
Umar menilai, seruan kecaman negara-negara Arab-Muslim tersebut hanya omong kosong. Hal itu terlihat setidaknya ada dua indikasi.
Pertama, para rezim dunia muslim, menggambarkan bahwa persoalannya terletak pada pendirian sebuah negara untuk rakyat Palestina.
“Padahal mereka tengah mengalihkan perhatian pada fakta bahwa isu dan permasalahan utamanya adalah pendirian sebuah negara untuk orang-orang Yahudi di Palestina,” ungkapnya.
Kedua, para penguasa itu menuntut negara Palestina yang berarti menguatkan Zionis Yahudi. Banyak orang yang lupa bahwa rakyat Palestina adalah bagian dari umat Islam yang butuh perlindungan.
“Para penguasa lemah itu tidak puas dengan keberadaannya melayani kepentingan negara-negara Barat, bahkan mereka masih bersikeras untuk menyeret para mujahid untuk bergabung dan bersama mereka sebagai alat untuk mengokohkan legitimasi dan kekuasaan entitas Yahudi, mendirikan negara mereka, dan menjadikan mereka bagian dari Timur Tengah mereka yang baru dengan Iran, Turki, dan negara-negara lain di kawasan Arab,” kata Umar.
Menurut Umar, sungguh ironis, para penguasa dunia Muslim, misalnya Erdogan menunjukkan bahwa sejak awal agresi Yahudi terhadap Jalur Gaza, Turki telah menerapkan serangkaian sanksi terhadap entitas Yahudi, termasuk serangkaian pembatasan perdagangan. “Seolah-olah inilah solusi hakiki,” sesalnya.
Umar mengatakan, para penguasa Muslim punya tentara. Mereka seharusnya memimpin pasukan umat menuju Palestina, Al-Aqsha, dan Gaza, untuk membebaskan dan memperbesar kekuatan.
“Jika itu tidak dilakukan, maka Muslim Palestina tetap terjajah. Bahkan umat ini akan terus mengalami kesengsaraan dan berjuang menghadapi kematian, kelemahan, dan kehinaan,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat