Mediaumat.id- Berbeda dengan Islam yang jelas tolak ukurnya terkait keadilan, kesejahteraan, keamanan, dan kemakmuran yang semua digali dari sumber hukum Islam, tolak ukur Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu liberal dan tanpa perspektif halal dan haram.
“Jika dalam Islam, ketika mengatakan keadilan, kesejahteraan, keamanan, kemakmuran, dan kebebasan semua tolak ukurnya adalah Islam. Sehingga kalau melihat dalam kerangka PBB yang lahir dari rahim peradaban Barat, maka secara otomatis makna-makna yang ada di dalam Piagam PBB itu adalah makna-makna liberal tanpa ada perspektif halal dan haram,” jelas Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. dalam Kabar Petang: PBB dan Piagamnya Alat Imperialisme Global? di kanal Youtube Khilafah News, Sabtu (18/2/2023).
Lebih jauh ia menjelaskan, nilai isi Piagam PBB sangat abstrak dan general yang belum bisa mengarahkan kepada aksi atau langkah yang sifatnya lebih teknis. “Misalnya kita mengharapkan keadilan melalui PBB. PBB tidak mempunyai model bagaimana merealisasikan keadilan dan dengan cara berpikir seperti apa,” imbuhnya.
Selain itu, jelasnya, PBB hanya mempunyai fungsi fasilitator dan tidak memiliki ‘tangan’ yang bisa memaksa anggota-anggotanya untuk patuh atas kesepakatan yang dikeluarkannya.
“PBB itu kan sebenarnya adalah fungsi fasilitator. Dia tidak memiliki ‘tangan’ yang ditopang oleh kekuatan untuk memaksa anggota-anggotanya untuk patuh terhadap kesepakatan yang dikeluarkannya,” tuturnya.
Maka menjadi wajar, menurutnya, ketika peraturan-peraturan dan kesepakatan-kesepakatan internasional yang diinisiasi oleh PBB itu banyak sekali dilanggar oleh anggota PBB sendiri. “Secara normatif sebenarnya PBB bisa memberikan langkah-langkah misal terkait isu Covid-19. Ketika ada kesenjangan pemberian vaksin antara negara besar dan miskin, PBB tidak punya kemampuan memaksa negara-negara produsen vaksin untuk melakukan distribusi merata,” ujarnya.
Hasbi menyampaikan banyak yang kecewa dengan PBB karena memang PBB bukanlah pemain utama yang sebenarnya dalam politik internasional. “Pemain utama dalam politik internasional itu adalah negara-negara yang punya kekuatan di PBB. Namun merekalah yang paling banyak melanggar kesepakatan yang dibuat PBB,” tambahnya.
Ia menandaskan, kaum Muslim jangan berharap kepada PBB untuk menciptakan dunia yang lebih baik karena PBB tidak punya apa-apa. “PBB hanyalah tempat berkumpul dan berkoordinasi sedangkan penentunya adalah negara-negara khususnya negara yang menjadi anggota Dewan Keamanan,” ucapnya.
Hasbi secara gamblang menyebutkan bahwa kekuatan PBB hanya pada lima negara anggota Dewan Keamanan yaitu Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat. Maka seharusnya umat Islam ketika akan menyelesaikan masalah jangan menjadikan PBB sebagai rujukan.
“Seharusnya kita memahami bahwa yang menjadi aktor utama dalam politik hari ini adalah Amerika Serikat karena dia punya kekuatan global super power. Umat Islam juga harus menyadari di masa lalu memiliki kekuasaan besar dan berkontribusi aktif terhadap berbagai persoalan dunia. Itu karena kita punya power atau kekuatan,” pungkasnya.[] Erlina