Pengamat: Pernyataan Saudi tentang ‘Palestina Merdeka’ Keliru dan Berbahaya

 Pengamat: Pernyataan Saudi tentang ‘Palestina Merdeka’ Keliru dan Berbahaya

Mediaumat.info – Pernyataan Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud yang tidak akan melakukan normalisasi dengan Zionis Yahudi sampai rakyat Palestina mendapatkan kemerdekaan sebagai sebuah negara, meski terkesan membela Palestina, dinilai keliru dan berbahaya.

“Apa yang dikatakan oleh pihak Arab Saudi yang rasanya memberikan angin segar di tengah gempuran, pembantaian dan genosida yang dilakukan entitas Zionis Israel, ini sebenarnya juga perlu dilihat sebagai suatu hal yang keliru dan berbahaya,” tutur Magister Kajian Timur Tengah dan Islam Iranti Mantasari kepada media-umat.info, Sabtu (27/1/2024)

Menurutnya, ini keliru dan berbahaya karena pada hakikatnya ketika katakanlah Palestina menjadi sebuah negara yang berdaulat dan diakui Zionis Yahudi, sementara Zionis Yahudi sendiri dengan rekam jejak kelamnya yang sudah melakukan penjajahan, pencaplokan wilayah, bahkan genosida terhadap Palestina itu juga masih tetap ada maka programnya masih akan terus ada.

“Walaupun Palestina menjadi sebuah negara bangsa tersendiri, tetapi Israel masih juga diakui oleh komunitas internasional maka dugaan kuatnya adalah penjajahan atau bahkan kezaliman akan dilakukan oleh Israel itu sendiri akan tetap bisa berlangsung meski dalam bentuk yang boleh saja berbeda dengan hari ini ketika Palestina belum menjadi satu negara bangsa yang berdaulat. Itu yang pertama,” ujarnya.

Kedua, menyetujui Palestina untuk menjadi satu negara sendiri, satu negara berdaulat yang merdeka dalam konteks negara bangsa, menurut Iranti, ini juga suatu hal yang keliru karena justru nanti apabila Palestina menjadi satu negara yang merdeka itu masih akan berada di bawah kerangka nasionalisme atau nation state itu yang sebenarnya menjadi masalah lain yang membuat penjajahan di Palestina hari ini bisa berlangsung.

“Ketika dunia Islam dikerat-kerat, dipisah-pisah oleh sekat teritorial itu yang dibuat, bahkan publik mengetahui bahwa itu dibuat oleh Barat, baik itu Inggris, Amerika kemudian Prancis dan lain sebagainya, itu juga tidak akan memberikan benefit atau manfaat yang memang benar-benar dibutuhkan oleh kaum Muslimin hari ini,” ungkap Iranti.

Ia menilai, ketika solusi yang disuarakan itu masih berada dalam kerangka nasionalistik, yang menyuarakan nasionalisme, sebenarnya itu masih berputar-putar pada satu masalah yang sama, lalu berusaha keluar, tapi malah masuk ke lubang masalah yang lain.

“Karena memang masalahnya pada pemikiran nasionalis yang akhirnya membuat Palestina hari ini bisa dijajah berpuluh-puluh tahun, berdekade-dekade dan kaum Muslimin tidak bisa melakukan hal yang banyak atas hal tersebut karena disekat oleh negara bangsa,” bebernya.

Jadi memang itu dua hal yang menurut Iranti, perlu disorot dari pernyataan pihak Arab Saudi yang terkesan membela Palestina.

“Karena memang jika ingin memerdekakan Palestina dari genosida, dari penjajahan yang dilakukan Zionis, serang saja Zionis dengan kapasitas militer yang dimiliki oleh Arab Saudi dan apabila ingin berkoalisi dengan negeri-negeri kaum Muslimin yang lain juga sebetulnya sangat bisa tetapi problemnya tadi kembali ke poin yang pertama. Ketika nasionalisme itu menyekat negeri-negeri kaum Muslimin maka political will dari para penguasa negeri muslim itu pun juga akhirnya terlambat,” terangnya.

“Walaupun sebenarnya mereka ingin begitu, tetapi secara politik, karena mereka semua adalah negara-negara yang berkerangkakan nasionalisme, mereka tidak bisa untuk begitu mudahnya untuk melakukan serangan balasan kepada Israel yang sudah menjajah saudara akidah mereka,” tambahnya.

Jadi, kata Iranti, jika memang ingin membela, memerdekakan, menyelamatkan kaum Muslim yang ada di Palestina, serang saja Zionis Yahudi, hilangkan penjajahnya, usir penjajah itu dari tanah kaum Muslim di Palestina yang secara nyata sudah melakukan pembunuhan dengan militer, maka serang dengan militer.

Iranti menilai, salahnya ketika Saudi dan juga negeri-negeri kaum Muslim mendukung two state solution atau solusi dua negara sebagaimana yang memang dikemukakan, digaungkan untuk menjadi solusi atas Palestina, sementara di sisi lain Amerika Serikat juga mendukung solusi tersebut maka di sini kaum Muslim perlu skeptis terlebih dahulu.

“Sebagai umat Rasulullah itu seharusnya kita skeptis terlebih dahulu, kenapa kemudian Amerika ini malah mendukung solusi dua negara. Kenapa mendukung ada Israel sendiri dan ada Palestina sendiri berarti jika kita juga mendukung solusi dua negara ini kita berada di gerbong yang sama dengan Amerika Serikat yang kita sudah ketahui jelas sekali membeking Israel dari segi militer, persenjataan dana, bahkan sokongan politiknya dalam komunitas internasional itu sendiri,” bebernya.

Menurutnya, ini yang masalahnya. “Kita sebenarnya seharusnya skeptis dulu jangan kemudian membebek skema yang dicanangkan, yang ditawarkan oleh Barat atas permasalahan di negeri kaum Muslimin yang mereka-mereka juga yang menjadi penyebabnya,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *