Pengamat: Pembangunan Jalan Tol Gunakan Mekanisme Bisnis

Mediaumat.info – Pengamat Ekonomi Muhammad Ishak menilai, pembangunan jalan tol di Indonesia menggunakan mekanisme bisnis.

“Kita ketahui bahwa pembangunan jalan tol menggunakan mekanisme bisnis,” ujarnya dalam Kabar Petang: Musim Mudik! Mungkinkah Jalan Tol di Indonesia Bebas Tarif? di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (9/4/2024).

Terkait bisnis yang dimaksud, menurut Ishak, adalah bisnisnya investor, dan investor sudah dipastikan tidak akan mau mengoperasikan jalan tol kalau tidak ada ada keuntungannya.

“Dan sisi keuntungan ini (jalan tol) memang memiliki kalkulasi, jadi sebelum mereka (investor) berinvestasi ke jalan tol yang ditawarkan oleh Kementerian Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) atau Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) selalu mereka (investor) itu mengalkulasikan dari sisi finansialnya,” tuturnya.

Sehingga, lanjutnya, investor tidak akan pernah masuk ke ruas-ruas tol yang tingkat pengembaliannya itu rendah.

“Misalnya Trans-Sumatra, itu tidak atau belum ada perusahaan-perusahaan swasta yang mau masuk ke Trans-Sumatra, maka terpaksa diambil oleh Badan usaha Milik negara (BUMN), apalagi ruas Medan menuju bandara itu menunjukkan bahwa memang investasi jalan tol itu adalah sepenuhnya investasi bisnis,” ungkapnya.

Jadi, ujarnya, tol-tol di negeri ini sebagian dimiliki oleh investor domestik dan investor asing. Mereka (investor domestik dan investor asing) itu tidak mau masuk ke ruas-ruas tol yang itu tidak menguntungkan.

“Makanya kesepakatan dengan BUJT itu mereka (investor domestik dan investor asing) harus mendapatkan jaminan bahwa mereka itu untung. Jadi mereka sudah memperkirakan kira-kira berapa pendapatannya setiap tahun dan berapa tarif yang mereka kenakan dan berapa harga biaya investasinya,” bebernya.

Sehingga ketika terjadi inflasi, kata Ishak, mereka (investor domestik dan investor asing)  bisa menaikkan tarifnya.

“Makanya kalau kita lihat misalnya setiap tahun itu melihat ada kenaikkan tarif tol di setiap ruas-ruas itu, ya karena ada inflasi, jadi inflasi itu agar pendapatan investor ini tidak tergerus,” tuturnya.

Jadi memang, kata Ishak, harus ada jaminannya dari pemerintah bahwa investor itu tetap mendapatkan keuntungan.

“Dan dikatakan ladang bisnis karena memang kalau kita lihat perusahaan-perusahaan yang berinvestasi di tol memang sebagian itu belum listing (sebuah proses pencatatan saham perusahaan ke pasar modal),” ungkapnya.

Untungnya

Ishak menuturkan, keuntungan di balik investasi di jalan tol bisa mencapai 6,7 triliun dari laporan keuangan PT Jasa Marga di tahun 2023.

“Padahal Jasa Marga ini kan hanya sebagian, sebagian dari operator jalan tol yang ada di Indonesia, misalnya PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) di tahun 2023 di bulan 9 itu sekitar 970 miliar,” ungkapnya.

Jadi memang, menurutnya, bisnis di jalan tol ini adalah bisnis yang menjanjikan, karena pemerintah menjamin tarifnya itu terus akan naik kemudian pada saat yang sama tingkat pengguna jalan tol itu akan mengalami kenaikkan.

“Jadi pertumbuhan kendaraan terus meningkat, jalan existing sekarang itu kualitasnya tidak begitu baik, akhirnya mau tidak mau masyarakat itu dipaksa untuk pindah di jalan tol yang berbayar, di samping jumlah kendaraan yang meningkat permintaan tol ini akan terus meningkat dan peluang bisnis pendapatan jalan tol ini juga semakin tinggi,” pungkas. [] Setiyawan Dwi

Share artikel ini: