Mediaumat.id – Menanggapi penghapusan hampir semua referensi mengenai laporan protes langka di Beijing yang melibatkan spanduk-spanduk yang mencela Presiden Xi Jinping dan kebijakan covid negara itu oleh Badan Sensor Internet Cina, Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar membeberkan dosa-dosa Partai Komunis Cina (PKC).
“Jadi kalau kita bicara tentang dosa Partai Komunis Cina, setiap waktunya mereka berdosa. Membatasi masyarakat, bertindak sewenang-wenang, merampas hak-hak para pengusaha atas nama komunisme atau nasionalisme,” ujarnya dalam acara Kabar Petang: Ini Dosa-dosa Partai Komunis Cina, Rabu (19/10/2022) di kanal YouTube Khilafah News.
Hasbi mengatakan, Cina ini adalah negara otoriter yang telah berdiri menjadi negara komunis setelah Mao Zedong mengambil alih kekuasaan dari Chiang Kai-Shek dari partai Nasionalis Kuomintang pada tahun 1940-an.
Mao Zedong dengan ideologi komunisnya yang banyak terinspirasi dari Uni Sovyet akhirnya melakukan revolusi di Cina sesuai doktrin-doktrin Karl Mark yaitu menghilangkan kepemilikan individu, kemudian para petani di Cina diminta bekerja bersama tanpa kepemilikan tanah dengan tujuan menciptakan masyarakat yang kolektif ala sosialis komunis.
Tapi yang terjadi, kata Hasbi, selama empat tahun kebijakan itu dijalankan telah terjadi krisis ekonomi secara besar-besaran dan membunuh sekitar 45 juta orang. Penyebabnya adalah kelaparan dan dipaksa bekerja oleh tentara komunis saat itu.
Ia mengungkapkan, dalam doktrin marxisme ketika kepemilikan individu dihapuskan harapannya akan menciptakan masyarakat kolektif sosialis yang baik, yang semangat dan lain sebagainya. Tapi hal itu tidak terjadi di Cina. Ketika kepemilikan individu dihapuskan, kesadaran atau semangat bekerja setiap orang tidak sama. Jadi banyak orang yang tidak mau bekerja, sehingga banyak yang dieksekusi oleh tentara komunis. Itu terjadi sekitar tahun 1958 sampai tahun 1962.
Kemudian, kata Hasbi, pada tahun 1966 sampai 1970, Mao Zedong membuat kebijakan revolusi kebudayaan atas dasar komunisme. Dalam revolusi kebudayaan tersebut, Mao Zedong menghapus tradisi-tradisi lama di Cina yang pro Barat, tradisi feodal dan sebagainya. Korban jiwa dalam revolusi kebudayaan itu sekitar 2 juta orang tewas.
“Setelah itu PKC tetap berkuasa dengan pergantian-pergantian rezim. Dan karakternya tetap sama,” pungkas Hasbi.[] Agung Sumartono