Pengamat Heran Umat Islam Kok Mengelukan Kunjungan Paus, Harusnya…
Mediaumat.info – Pengamat Politik Iwan Januar mempertanyakan sikap umat Islam yang tampak mengelukan bahkan terkesan ingin melepas rindu atas kunjungan Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus ke Indonesia baru-baru ini.
“Kenapa kemudian ketika datang ini pemimpin agama lain, kita malah seperti ikut-ikutan melepaskan rindu?” lontarnya dalam rubrik Lawan Arus: Paus Datang, Umat Jangan Senang? di kanal YouTube Media Umat, Sabtu (7/9/2024).
Harusnya, sambung Iwan, umat Islam mempunyai sebuah pemikiran atau agenda sendiri untuk bisa kembali memiliki kepemimpinan yang mampu menyatukan negeri-negeri Muslim berikut berbagai macam kelompok umat Islam di dalamnya.
Ditambahkan, sebenarnya umat Islam tinggal melanjutkan saja kepemimpinan dimaksud. Sebab, secara sejarah, kaum Muslim sudah pernah memiliki kekhilafahan Islam dengan pemimpinnya, khalifah, hampir selama 14 abad.
Pun, tidak sedikit dari para khalifah mulai dari Abu Bakar as-Siddiq hingga khalifah terakhir umat Islam sedunia yakni Abdul Majid II yang berkuasa dari tahun 1340-1342 H/1922-1924 M, berkarakter sangat sederhana, rendah hati.
Maknanya, kalau hari ini umat begitu menyanjung kedatangan Paus dikarenakan kesederhanaan dan kerendahan hati, maka secara sejarah Islam tak sedikit dari para khalifah yang lebih sederhana dan rendah hati.
“Sayangnya kemudian, ini yang tidak menjadi PR umat yang tidak menjadi pemikiran umat untuk diwujudkan sekarang ini,” tandas Iwan.
Menggantang Asap
Berharap Paus mampu menyelesaikan konflik antara warga di Gaza dan Zionis Yahudi di tanah pendudukan Palestina, kata Iwan memisalkan, seperti menggantang asap yaitu perbuatan sia-sia atau bisa juga berarti berangan-angan yang hampa.
“Jangankan Vatikan, PBB sekalipun enggak sanggup menangani genosida yang dilakukan entitas Zionis kepada kaum Muslimin dan juga warga Kristen di Gaza,” beber Iwan, sembari menyebut pihak yang berharap tersebut tengah mengidap penyakit ‘buta politik’.
Masih menurut Iwan, konflik di Palestina akan benar-benar tuntas tidak dengan diplomasi, resolusi berikut sanksi embargo. Tetapi penyelesaiannya harus dengan tindakan secara politik, ekonomi, dan militer.
Adalah para khalifah di dalam kekhilafahan Islam, sebagaimana disebutkan sebelumnya, yang terbukti mampu menangani persoalan seperti halnya terjadi di Palestina. Sebutlah Khalifah Umar bin Khattab yang sukses menaklukkan Yerusalem pada 638 M, dengan terlebih dahulu mengusir tentara penjajah Bizantium (Romawi Timur) yang lalim.
Berikutnya Salahuddin Yusuf bin Ayyub, atau kita kenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi, yang memulihkan keseimbangan kehidupan beragama, sosial, dan politik atas kota suci itu.
Beliau mengalahkan pasukan Kristen di Pertempuran Hattin dalam Perang Salib dan berhasil menaklukkan Baitul Maqdis atau Yerusalem pada 1187 M setelah lebih dari 90 tahun penjajahan.
Dengan kata lain, upaya melanjutkan kembali kehidupan Islam dengan berjuang menegakkan khilafah Islam sepatutnya menjadi agenda utama umat Islam untuk bisa menuntaskan berbagai persoalan seperti di Gaza, Palestina.
“Umat ini harus punya agenda sendiri di dalam menyelesaikan persoalan genosida di Gaza,” tegasnya sekali lagi.
Pasalnya, Islam bukan sekadar agama yang mengatur masalah kedekatan seseorang dengan Allah, yang dapat diwujudkan dengan penguatan akidah, ibadah, dan akhlak. Lebih dari itu, Islam merupakan tatanan hidup paripurna yang di antaranya untuk melindungi akidah dan melayani umat. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat