Pengamat: Eksistensi Zionis Yahudi Harga Mati bagi AS
Mediaumat.info – Menyoroti konstelasi politik di Timur Tengah pasca terbunuhnya Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniya di Teheran, Iran, Pengamat politik internasional Budi Mulyana menyatakan bahwa eksistensi zionis yahudi merupakan harga mati untuk tetap bisa dipertahankan di kawasan Timur Tengah.
“Kita harus paham kepentingan utama Amerika di kawasan Timur Tengah itu adalah, salah satunya itu menjaga eksistensi Zionis Yahudi. Makanya kemudian, eksistensi Zionis Yahudi itu menjadi harga mati untuk bisa tetap ada dipertahankan di kawasan Timur Tengah,” ujarnya dalam Fokus: Di Balik Pembunuhan Ismail Haniyah, Ahad (4/8/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Menurutnya, eksistensi Zionis Yahudi itu merupakan proyek yang terhenti pasca-lengsernya Donald Trump (Presiden AS terdahulu).
“Sekarang kan, ini ada ruang untuk bisa melanjutkan kembali proyek besar Amerika Serikat di kawasan, untuk konteks Zionis Yahudi ini, setelah Amerika ada pertarungan elite pergantian kepemimpinan nanti di bulan November, dan salah satunya Donald Trump kembali,” ujarnya.
Kaitan dengan terbunuhnya Ismail Haniyah di Teheran Iran, yang disebut-sebut oleh beberapa media dilakukan oleh Zionis Yahudi, meski masih dalam proses investigasi, Budi menjelaskan, tapi yang pasti adalah tokoh yang dibidik adalah pimpinan Hamas. Yang itu menjadikan hubungan relasi konfliknya itu menjadi meluas.
“Tidak hanya bicara Iran-Israel, tapi juga di situ ada Palestina, termasuk bagaimana supporting Iran terhadap komponen-komponen yang selama ini berseberangan dengan Israel yang disebut Hizbullah,” jelasnya.
Menurutnya, di sinilah poin lainnya adalah Amerika Serikat menjaga agar stabilitas kawasan itu tetap stabil. Makanya kemudian, apa yang dilakukan Israel terhadap respons serangan Badai Al-Aqsha 7 Oktober itu kan harus tetap terukur, tidak mendapatkan perlawanan yang luas. Dan sejauh ini kan memang itu bisa dikendalikan.
“Justru sebaliknya, Israel seolah-olah semakin leluasa sampai syahidnya saudara-saudara kita di Palestina itu hampir 40 ribu,” sesalnya.
Ia menilai, negara-negara lain di Timur Tengah tidak ada yang memberikan respons sepadan.
“Kalaupun ada, serangan kecil-kecilan, itu juga bukan karena apa yang terjadi di Palestina, misalnya. Respons dari Hizbullah itu karena memang ada korban dari Hizbullah, kemudian juga Iran juga karena dulu ada serangan dari Israel terhadap kedutaannya di Beirut, termasuk juga syahidnya Ismail Haniyah ini,” terangnya.
Problem Berikutnya
Budi memandang, problem berikutnya adalah bagaimana Amerika Serikat itu bisa mengatur tensi.
“Di satu sisi, dia punya kepentingan dari eksistensi ke eksistensi lain. Israel itu juga punya kepentingan agar ‘teror’ yang mereka identifikasi berasal dari Hamas itu bisa bebas, salah satunya itu adalah dengan menarget pimpinan-pimpinan (Hamas), bahkan mereka bertekad menghancurkan Hamas sehancur-hancurnya,” pungkasnya. [] ‘Aziimatul Azka
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat