Pengamat: Dunia Islam Masih Menjadi Objek Geopolitik
Mediaumat.id – Tanggapi situasi politik, keamanan dan ekonomi dunia Islam, Pengamat Hubungan Internasional, Budi Mulyana menyampaikan bahwa saat ini dunia Islam masih menjadi objek.
“Ya, tentu artinya dengan posisi sekarang, dunia Islam masih menjadi objek,” tuturnya dalam Kabar Petang: Peta Ancaman Geopolitik Global, Sabtu (06/08/2022) di Kanal YouTube Khilafah News.
Menurutnya, saat ini dunia Islam masih menjadi sasaran, menjadi tempat bagaimana aktor-aktor global ini, baik kapitalisme, atau dulu sosialisme komunisme, mereka menanamkan pengaruhnya di dunia Islam.
“Artinya, ketika menanamkan pengaruhnya, mereka ingin menjadikan negeri-negeri Muslim ini menjadi objek, menjadi bagian dari pengikut ideologi-ideologi besar mereka. Baik kapitalisme atau sosialisme komunisme dulu,” terangnya.
Dan dengan begitu, lanjut Budi, pasti karena Islam ini adalah sebagai sebuah mabda, sebagai sebuah ideologi.
Budi memandang bahwa mereka (Barat), akan berusaha mengebiri Islam sedemikian rupa, agar kemudian Islam tidak menjadi penghalang terhadap ideologi yang mereka emban.
“Jadi, ini suatu kondisi yang pastinya seperti itu,” tandasnya.
Untuk menjadikan agar dunia Islam menjadi satu entitas kaum Muslim yang solid, bahkan menjadi negara adi daya nomor satu di dunia, dalam kaitan dengan tahun baru Islam, ia menjelaskan semestinya tahun baru ini (Muharam) menjadi momen untuk mengingatkan bahwa dunia Islam ini punya peradaban tersendiri.
Peradaban Islam
“Apa itu peradaban Islam?” tanyanya.
Salah satu turunan atau buah dari peradaban Islam itu, ia menjelaskan, “Yaa hadir sebuah penanggalan yang khas, yang kita sebut sebagai penanggalan Hijriah,” jelasnya.
Menurutnya, dulu, penanggalan ini (Hijriah) menjadi standar internasional. Tidak seperti sekarang, kita menggunakan penanggalan Masehi dengan mengikuti apa yang diterapkan oleh kapitalisme global yang sekarang sedang mendominasi, sehingga tahun baru Islam itu menjadi sesuatu yang asing bagi umat Islam.
“Nah, justru umat Islam mengikuti tahun baru Masehi ya,” sesalnya.
Pergantian tahun baru ini kan, papar Budi, salah satu contoh kecil yang dalam konteks untuk bisa menunjukkan bahwa sebenarnya umat Islam punya peradaban sendiri yang harusnya itu yang dibawa, yang diemban.
Kenapa ini tidak lagi terjadi, sambungnya, “Yaa karena umat Islam sudah kehilangan posisi untuk membawa peradaban itu,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa peradaban itu tidak bisa dibawa oleh person to person. Peradaban itu harus dibawa oleh sebuah negara yang memang mengusung peradaban tersebut yang kemudian dulu dibawa oleh Rasulullah dengan daulah Islamnya di Madinah, dilanjutkan oleh para khalifah setelahnya Khulafa’urrasyidin. Dilanjutkan oleh Khilafah Umayah, Abbasiah sampai Kekhilafahan Utsmani yang terakhir.
“Dan di situlah peradaban Islam hadir, muncul, dan eksis secara global memengaruhi percaturan politik internasional,” terangnya.
Bahkan, lanjutnya, ketika awal muncul saja, pada masa Rasulullah dan Kekhilafahan Khulafa’urrasyidin itu sudah bisa menggedor dua peradaban yang saat itu sedang eksis, Romawi dan Persia. Dan itu kemudian berlanjut pada masa-masa sesudahnya.
“Bahkan, pada masa lemahnya Kekhilafahan Turki Utsmani pun, itu masih diperhitungkan untuk kemudian membuat rumusan-rumusan. Kalau kita baca dalam konteks sejarah, bagaimana Eropa membuat konsep Europe untuk bisa menghadang hegemoni kekuatan Turki Utsmani yang kemudian menjadi ancaman kuat bagi Eropa,” pungkasnya.[] ‘Aziimatul Azka