Pengamat: Dukungan AS Bukan untuk Bela Taiwan

 Pengamat: Dukungan AS Bukan untuk Bela Taiwan

Mediaumat.id – Dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap Taiwan saat hubungan Cina-Taiwan memanas dinilai oleh Pengamat Politik Internasional Hasbi Aswar Ph.D. bukan untuk membela Taiwan.

“Memanasnya hubungan Cina-Taiwan dan dukungan AS kepada Taiwan belakangan ini, bukan karena komitmen AS membela Taiwan dari sikap Cina,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (5/9/2022).

Bukan juga, lanjutnya, hanya karena Cina mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayah berdaulat Cina. Sikap AS terhadap Taiwan adalah upaya provokasi dan pelanggaran kedaulatan.

“Lebih dari itu, ketegangan ini adalah bagian dari strategi kedua belah pihak untuk mengejar dan mempertahankan dominasi politik di kawasan Asia Pasifik,” tandasnya.

Bagi Cina, kata Hasbi, Taiwan adalah bagian dari wilayah kedaulatannya, dan dekat secara geografis. Mengontrol Taiwan adalah bagian strategi menguasai Laut China Selatan dan sekitarnya, sebab Taiwan berada di posisi itu.

“Taiwan berada di jalur yang menghubungkan antara Laut Cina Selatan, menuju Laut Cina Timur, sampai ke Jepang dan Semenanjung Korea. Lebih jauh lagi, sampai ke Samudera Pasifik menuju Hawai dan AS,” urainya.

Mengontrol Taiwan, ujar Hasbi, akan membuat Cina mampu dengan mudah mengatur lalu lintas transportasi laut baik untuk dagang, maupun militer dari arah barat dan timur Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

“Bisa dimaklumi jika Cina sangat berhasrat terhadap Taiwan. Sayangnya, Taiwan masih enggan untuk memilih menyatu dengan Cina dan justru dekat ke Barat. Cina bisa saja melakukan tindakan nekat sebagai langkah terakhir jika ia semakin terancam dalam isu ini,” prediksinya.

Hasbi menilai, AS sangat mengerti pandangan dan upaya Cina selama ini dengan kapasitas ekonomi Cina serta kekuatan militernya yang terus menanjak. “Pengaruh globalnya juga semakin meningkat, sehingga tidak ada pilihan lain bagi AS selain meredam upaya tersebut,” terangnya.

Kata Hasbi, AS telah berupaya sedemikian rupa untuk mengecilkan pengaruh Cina melalui isu kecurangan dalam dagang, isu HAM Uighur dan Tibet, perang dagang, dan isu covid-19 yang disebut sebagi virus Cina. “Tapi, tampaknya upaya-upaya ini gagal membuat Cina tersudutkan di kancah global,” ucapnya menganalisa.

Militerisasi Asia Pasifik melalui AUKUS (pakta keamanan trilateral) dan isu Taiwan terang Hasbi, nampaknya akan menjadi strategi yang difokuskan ke depan oleh AS bersama sekutunya.

“Upaya menggoreng isu Taiwan sudah dirumuskan melalui beberapa undang-undang kongres AS beberapa tahun terakhir; Taiwan Travel Act, 2018 dan Taiwan Policy Act 2022. Kedua undang-undang ini menjadi pijakan peraturan bagi AS untuk intensif mendukung Taiwan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik untuk kepentingan AS,” ungkap Hasbi.

Hasbi memprediksi ada kemungkinan ke depan, AS akan terus memprovokasi Cina melalui Taiwan untuk memancing Cina melakukan tindakan sembrono melalui interfensi militer sama seperti Rusia ke Ukraina.

“Jika itu terjadi, Cina akan sibuk dan energi politik, ekonomi dan militernya akan terkuras dengan itu. Belum lagi Cina akan digambarkan sebagai agresor, dan berbagai sanksi ekonomi akan dijatuhkan,” prediksinya.

Hasbi menyebut, strategi ini akan berdampak juga kepada Rusia yang di era Perang Rusia – Ukraina banyak diuntungkan oleh pengalihan minyaknya ke Cina.

“Jika strategi AS berhasil terhadap Cina dengan kartu Taiwan ini, maka ini bisa membuat kawasan Asia Pasifik stabil dan aman untuk kepentingan AS. Serta akan memberikan usia yang lebih lama terhadap hegemoni global AS,” simpulnya memungkasi penuturan.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *