Pengamat: Demokrasi Bertransformasi Menjadi Negara Korporatokrasi

Mediaumat.info – Pengamat Politik Islam Dr. Riyan, M. Ag. menilai demokrasi itu sudah tidak ada, karena demokrasi sudah bertransformasi menjadi negara korporatokrasi.

“Tetapi sebenarnya kalau kita dalami lagi, demokrasi itu sudah tidak ada, jadi kalau ada orang yang bilang mau menjadi demokrasi, lah demokrasinya saja sudah tidak ada. Kenapa? Karena demokrasi sudah bertransformasi menjadi apa yang saya sebut negara korporatokrasi,” bebernya dalam Special Interview: Refleksi Akhir Tahun 2024 & Prediksi 2025, Jumat (27/12/24) di kanal YouTube Rayah TV.

Jelas Riyan, negara korporatokrasi merupakan persengkokolan antara politikus dengan para pengusaha.

“Biasanya, saya populerkan dengan istilah PenguasaHa, PenguasaHa ya, Penguasa sekaligus Pengusaha, artinya maksud saya, secara konsep maupun praktik itu sebenarnya sudah tidak nyambung,” ungkap Riyan.

Ia menuturkan, tugas awal yang paling dasar itu, mencari apa yang menjadi penyebab, karena penyebabnya kalau dilihat dari apa yang terjadi, khususnya konteks politik internasional maupun politik nasional, bahkan sampai dalam negeri yang lokal itu tidak bisa dilepaskan dari praktik demokrasi yang sekuler kapitalistik.

“Negara korporatokrasi merupakan akibat dari praktik yang terus berlangsung sejak dari level internasional maupun nasional. Misalnya saya contohkan apa yang terjadi di dunia politik internasional, yaitu terpilihnya Donal Trump kemarin, di sekelilingnya Trump itu banyak oligarki, kalau bicara personal, Trump sendiri bagian dari pengusaha, kemudian teman-temannya seperti Elon Musk orang yang ditahbiskan menjadi orang kaya seluruh dunia hari ini. Bayangkan kekayaannya itu lebih dari 5000 triliun, lebih besar dari pada APBN kita,” terang Riyan.

Jadi, menurutnya, yang dikhawatirkan dengan politik korporatokrasi, tahun 2025 pun nanti tidak akan ada perubahan. Karena yang berubah hanya orangnya, walaupun mereka satu payung, tetapi sistem yang dioperasikan dalam konteks politik itu tetap sama.

“Kita harus sepakat dari awal, bahwa yang disebut transisi dari rezim Jokowi ke rezim Prabowo, sebenarnya tidak ada sesuatu yang berubah secara drastis. Hanya perubahan orang, atau saya sering mengatakan sirkulasi elite saja,” tutur Riyan.

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa fakta negara korporatokrasi itu kezaliman, kerusakan, dan juga berbagai keburukan-keburukan, karena korporatokrasi basisnya sekularisme.[] Novita Ratnasari

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

 

Share artikel ini: