Pengamat: Ada Indikasi Turki Ambil Keuntungan dalam Perang Rusia-Ukraina

Mediaumat.id – Seruan Turki agar Rusia dan Ukraina melakukan gencatan senjata, dinilai Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana ada indikasi bahwa Turki mengambil keuntungan dalam krisis ini.

“Ada indikasi bahwa Turki justru berusaha mengambil keuntungan dalam krisis ini,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Jumat (14/10/2022).

Menurut Budi, Turki memiliki relasi energi dengan Rusia. Yaitu dengan adanya aliran gas Rusia yang dialirkan ke Eropa melalui jalur Turki.

Selain itu, ia juga melihat, sebenarnya Turki adalah sekutu kuat Amerika Serikat di kawasan, baik di Mediterania, bahkan Eropa Timur dan Timur Tengah. Mengingat posisi Turki yang sangat strategis. Dan Saat krisis Suriah, Turki sudah menunjukkan perannya untuk mewujudkan kepentingan Amerika Serikat tersebut.

Namun kata Budi, dalam kasus krisis Ukraina-Rusia ini Turki sebenarnya tidak menjadi sekutu utama Amerika Serikat. Karena Amerika Serikat mengedepankan peran NATO dan Uni Eropa di dalamnya.

Proxy War

Budi mengungkapkan, perang proksi (proxy war) adalah salah satu strategi yang digunakan Amerika Serikat dalam mewujudkan kepentingannya di wilayah-wilayah yang secara teritori jauh dari negeri Amerika. Pelibatan sekutu (belligerence) yang jadi perpanjangan kepentingan Amerika Serikat, menjadi lazim untuk dapat mewujudkan kepentingan Amerika Serikat secara tidak langsung. Sehingga menghemat tenaga dan melipatgandakan keuntungan politik dan militer bagi Amerika Serikat. Hal itu dilakukan Amerika sejak Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Iran-Irak, bahkan aksi-aksi militer di Indonesia, adalah beberapa indikasi dari apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

“Pasca runtuhnya Uni Sovyet, unilateralisme Amerika Serikat tidak menyurutkan strategi ini. Dengan isu kontra terorisme, dan pada Arab Spring adalah beberapa hal yang dilakukan Amerika Serikat,” beber Budi.

Amerika Serikat sebenarnya berada dalam situasi yang menguntungkan dalam krisis Ukraina ini. Upayanya untuk melemahkan kedudukan Rusia secara internasional, dapat dibilang berhasil. Rusia menunjukkan ketidakmampuan untuk menunjukkan keunggulan militeristiknya sebagaimana yang digembar-gemborkannya.

Namun demikian, melemahnya Rusia bila terjadi secara drastis, maka akan mengganggu stabilitas kawasan yang dalam keadaan tertentu akan mengganggu kepentingan Amerika Serikat. “Maka Amerika Serikat berkepentingan untuk menjaga kesetimbangan dalam krisis ini, tentunya kesetimbangan yang menguntungkan Amerika Serikat,” terangnya.

Dunia Islam

Budi mengatakan, krisis Ukraina-Rusia, dan respons Turki dalam krisis ini menunjukkan bahwa saat ini dunia Islam dalam posisi yang lemah dalam percaturan perpolitikan internasional. Lemah karena tidak satu pun dari negeri Muslim yang dalam posisi negara adidaya. Dan negeri-negeri Muslim dalam posisi bergantung pada negara-negara yang sedang manggung, utamanya Amerika Serikat.

“Maka dengan demikian, penting bagi umat Islam dapat kembali pada posisi yang seharusnya, sebagai khairu ummat, yang berkiprah sebagai negara adidaya yang membawa kebaikan dunia. Membawa rahmat bagi sekalian alam,” pungkas Budi.[] Agung Sumartono

Share artikel ini:

View Comments (1)