Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan Mestinya Mengikuti Syariat
Mediaumat.info – Pemimpin Jamaah Masjid Aolia Gunung Kidul Mbah Benu yang mengaku menelepon Allah (kontak batin) saat menentukan awal dan akhir Ramadhan mendapat tanggapan dari Pengasuh MT Darul Hikmah Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Guru Muhammad Taufik Nusa Tajau.
“Ini kan bicara hukum syariat, bicara hukum syariat itu mestinya mengikuti syariat bukan mengikuti, ‘Oh ini tinggi spiritualnya, kasyaf’. Mentang-mentang begitu, hukum syariat ditabrak,” ungkapnya dalam program Kabar Petang: Viral “Lebaran Usai Telepon Allah” Bentuk Penyimpangan?? di kanal YouTube Khilafah News, Senin (8/4/2024).
Menurut Taufik, jika dilihat dari sisi spiritualnya tinggi, maka orang yang paling tinggi nilai spiritualitasnya, paling hebat itu Rasulullah SAW. Namun, Rasulullah SAW menyerukan untuk melihat hilal saat akan berpuasa. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Satu bulan itu ada 29 hari, maka janganlah kalian puasa hingga melihat hilal, jangan kalian berbuka hingga kalian melihat bulan (hilal Syawal). Kalau tertutup awan maka kadarkanlah.”
“Jadi ini jelas, berarti rukyatnya bukan bil qalbi tapi bil fi’li, riil,” tegas Taufik.
Jika ada ikhtilaf terkait metode dalam penetapan awal dan akhir Ramadhan, menurut Taufik masih bisa ditolerir.
Karena itu, sikap kita terhadap Mbah Benu adalah menjelaskan bahwa apa yang ia lakukan tidak tepat.
“Pemerintah juga semestinya juga punya penjelasan, yang lebih penting lagi dididik masyarakatnya,” pungkasnya. [] Ade Sunandar
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat